TEMPO.CO, MOSKOW:-- Setelah menjalani hukuman penjara 15 hari, pemimpin oposisi Alexei Navalny menyerukan agar rakyat Rusia bersatu untuk kembali turun ke jalan menggelar aksi demo besar, Sabtu 24 Desember 2011 mendatang.
Ia menegaskan, saatnya berfokus meminta pemilihan presiden yang bebas dan adil melalui aksi protes damai. Navalny dan kelompok oposisi Rusia lainnya menolak Perdana Menteri Vladimir Putin maju sebagai calon presiden dalam pemilihan presiden pada 4 Maret mendatang. Mereka mengkritik meluasnya praktek korupsi.
"Untuk menyuruh Putin pergi, kita harus mengajukan gugatan hukum seutuhnya. Sehingga Putin pindah, kita tidak perlu merusak dan membakar toko-toko atau seperti itu lainnya. Rakyat harus keluar dan menunjukkan kemauannya, menunjukkan kekuatan mereka," kata Navalny, pengacara antikorupsi dan blogger terkenal Rusia, Rabu 21 Desember 2011.
Navalny menegaskan, ia tidak takut menghadapi Kremlin. Ia menilai pemilihan parlemen pada 4 Desember lalu penuh kecurangan. "Kita mayoritas, kita berkuasa di negara ini, dan kita lihat ketakutan mereka. Kita rasakan ketakutan mereka," ujarnya.
Rusia telah membebaskan Navalny bersama 10 aktivis lainnya yang ikut dalam aksi protes pada 5 Desember lalu. Mereka ditangkap saat menggelar aksi protes yang diikuti ribuan penduduk Rusia di Moskow dan beberapa kota lainnya.
Baca Juga:
Dalam rapat pertama anggota parlemen (State Duma) yang baru terpilih awal Desember lalu, Sergei Naryshkin terpilih sebagai juru bicara parlemen. Ia memenangi 238 suara dari 450 kursi di parlemen.
Naryshkin, yang bukan anggota partai berkuasa Rusia Bersatu, menggantikan juru bicara Duma sebelumnya, Boris Gryzlov, yang mundur dari jabatannya setelah delapan tahun bertugas. Gryzlov memilih mundur dengan alasan .
| BBC | AL JAZEERA | RIA NOVOSTI | MARIA RITA