"Kami sampaikan kepada pemerintah Prancis bahwa Mujahidin akan memberitahukan perkembangan selanjutnya," demikian pesan suara yang diakui berasal dari juru bicara AQIM Salah Abi Mohammed, Selasa.
"Kami juga perlu memperingatkan (pemerintah Prancis) perlawanan merupakan sesuatu kebodohan," dia tambahkan, mengacu pada operasi militer Prancis di daerah padang pasir, Selasa, untuk membebaskan tujuh sandera.
Pernyataan senada disampaikan pula oleh Abdelhamid Abou Zeid yang memimpin operasi penculikan asal Aljazair.
Kementerian luar negeri Prancis sama sekali tak memberikan komentar atas pengakuan AQIM yang beroperasi di gurun Sahara dan kawasan gersang Sahel itu.
Pengakuan tersebut muncul usai beberapa jam juru bicara pemerintah Nigeria, Mahamane Laouali Dan Dah, menyatakan bahwa para korban penculikan termasuk seorang warga Togo dan Madagaskar masih hidup. Namun dia tak menjelaskan keterangan lebih lanjut.
Dalam pesannya, AQIM tidak menyebutkan kondisi dua warga Afrika yang disandera. Jumlah sandera sebanyak tujuh orang berasal dari Prancis dan Afrika (Togo dan Madagaskar). Mereka bekerja di perusahaan tambang mineral milik Prancis di sebelah utara Nigeria, negeri bekas jajahan Prancis.
AL JAZEERA | CHOIRUL