Ledakan ini adalah yang terbaru dalam rentetan kejadian serangan bom lima hari ini di sekitar ibukota yang menewaskan sedikitnya 119 orang. Pejabat berwenang mengatakan beberapa bom ditanam dalam apartemen kosong.
Kekerasan yang sebagian besar menargetkan meledakkan rumah milik keluarga-keluarga ini mengingatkan pada pertumpahan darah sektarian yang melanda Irak terlepas dari 2005 hingga 2007 dan saat Amerika Serikat mengirim puluhan ribu lebih pasukan ke garis depan. Sejak saat itu kekerasan sektarian dan serangan terhadap warga sipil berkobar di sana, terutama sekitar peristiwa penting seperti pemilihan bulan lalu yang masih diperdebatkan.
Irak dan pejabat Amerika menyalahkan pemberontak al-Qaida dalam peristiwa itu atas kebuntuan politik yang melanda negara itu sejak 7 Maret saat pemilu parlemen gagal menghasilkan pemenang yang diterima semua pihak.
Perdana Menteri Ayad Allawi mengatakan, "Orang-orang merasakan ada kekuatan yang ingin menghambat jalannya demokrasi, teroris, dan al-Qaida berada di mana saja," kata Allawi. "Saya pikir mereka akan meningkatkan operasi di Irak."
Dia juga mengatakan kemungkinan kebuntuan politik di negara itu bisa bertahan selama berbulan-bulan karena kedua belah pihak bersama-sama berkeras. "Itu dapat terjadi selama dua bulan atau bisa empat atau lima bulan," katanya.
Al-Maliki penasihat Sadiq al-Rikabi menantang saran Allawi bahwa pasukan keamanan Irak telah menurunkan penjaga mereka sejak pemilihan.
Mayjen Qassim al-Moussawi, seorang juru bicara militer Irak untuk pusat komando operasi di Baghdad, mengatakan penyerang meledakkan bom buatan sendiri dan, dalam satu kasus, sebuah mobil penuh dengan bahan peledak. Dia mengatakan, ada setidaknya tujuh ledakan. Militer Amerika di Baghdad mengatakan, ada delapan.
Al-Moussawi mengatakan Irak dalam keadaan "perang" dengan teroris.
Polisi dan pejabat kesehatan mengatakan korban tewas akibat ledakan hari Selasa setidaknya 50 orang termasuk perempuan dan anak-anak. Ledakan pertama menghantam sekitar pukul 9:30 di lingkungan Syiah di barat laut Baghdad yang menyerang bangunan perumahan dan sebuah persimpangan sekitar satu mil jauhnya.
Siswa bernama Ali Hussein, 22, naik bus ke sekolah ketika salah satu bom meledak Shula. Dia menggambarkan "orang berjalan di arah yang berbeda dengan ketakutan."
"Mobil mulai berbenturan dengan satu sama lain di jalan karena takut," kata Hussein, yang melarikan diri untuk pulang setelah ledakan itu. "Kami melihat api dan asap hitam mengepul dari sebuah bangunan di lokasi ledakan, dan sementara kami takut oleh ledakan ini."
Beberapa menit kemudian, pada jam 9:45 sebuah bom ditinggalkan dalam kantong plastik meledak di sebuah restoran di pusat kota kabupaten Allawi, dekat Departemen Kebudayaan. Puluhan orang berkumpul di lokasi bom dalam jam setelah ledakan, menggali batu bata dengan harapan menemukan korban selamat.
Beberapa bom ditanam di dalam apartemen kosong oleh penyewa yang "memikat pemiliknya" dengan membayar harga tinggi, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Beberapa jam kemudian, sebuah bom mobil yang diparkir meledak di sebuah pasar, menewaskan enam warga sipil, para pejabat polisi dan rumah sakit.
Pada hari Senin, beberapa pengikut Syiah dan anak mereka ditembak di rumah mereka di luar Baghdad, sementara lebih dari 40 orang tewas Minggu setelah penyerang bunuh diri meledakkan bom mobil dekat kedutaan besar di Baghdad. Pada hari Jumat, bersenjata menyerang rumah di wilayah Sunni di selatan Baghdad, menewaskan 24 warga desa.
Letnan Kolonel Angkatan Darat Eric Bloom, seorang juru bicara militer Amerika, juga menyalahkan al-Qaida atas semua serangan itu yang digambarkannya sebagai "tindakan kekerasan acak."
AP | HAYATI MAULANA NUR