Tapi kemarin berangsur-angsur jumlah peserta pawai merosot hingga hanya menyisakan 40 orang, seiring dengan tak tercapainya tuntutan mereka untuk melengserkan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva, yang telah berkuasa selama 15 bulan. Tak digubris, kali ini pendemo berseru lewat spanduk-spanduk yang mereka usung: "Tanpa keadilan, tak ada perdamaian."
"Saya minta para buruh dan pegawai pemerintah yang merasa dizalimi, bergabunglah bersama kami!" kata Suporn Atthawong, pemimpin lainnya dari timur laut Thailand, yang merupakan jantung demonstran pendukung bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, terdakwa kasus korupsi di Thailand. Pemimpin aksi protes menjanjikan hiburan malam dan rapat umum lanjutan beberapa hari ke depan.
Thaksin pun menolak tawaran damai yang diperantarai Komisi Nasional Hak Asasi. "Kami akan mempertahankan basis kami, namun akan ada rotasi sumber daya manusia," kata pemimpin unjuk rasa lainnya, Veera Musikapong, saat mengumumkan keputusan melanjutkan aksi protes tanpa batas waktu. Begitu pun Perdana Menteri Abhisit, tetap pada pendirian. "Saya tak akan mengundurkan diri," katanya.
Kendati begitu, kedua pihak sepakat untuk menjaga aksi protes agar berjalan damai. Sejauh ini unjuk rasa berjalan tanpa insiden. Selain menerima donor darah dan menumpahkan darah, para pengunjuk rasa menyerahkan surat ke Kedutaan Inggris dengan mengatakan ingin mengimbangi laporan media yang buruk soal protes mereka. Kepada Kedutaan Amerika, massa menuduh intelijen Amerika menyadap Thaksin.
BBC | BANGKOK POST | ANDREE PRIYANTO