TEMPO Interaktif, Port-Au-Prince - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon berjanji di Haiti, Minggu (14/3) bahwa dunia tidak akan melupakan negara yang dilanda gempa itu. Para korban di sana masih saja menderita kekurangan tempat berlindung dan berkembang menjadi kekerasan di kamp-kamp yang padat tunawisma.
Masalah-masalah keamanan, risiko banjir, penyakit, mengundang keprihatinan untuk mendesak pemerintah dan kelompok-kelompok bantuan internasional untuk membantu ratusan ribu korban bencana 12 Januari lalu, yang menewaskan sekitar 230.000 orang dan sekitar 1,3 juta kehilangan tempat tinggal.
Kunjungan ini merupakan kunjungan kedua Ban Ki-Moon sejak gempa Haiti. Ia bertemu dengan Presiden René Préval dan mendiskusikan rencana untuk menyelenggarakan konferensi donor PBB di New York pada tanggal 31 Maret untuk mendanai rekonstruksi Haiti.
Ban menyampaikan pesan ke pemerintah Haiti dan warganya bahwa "bahkan jika waktu berlalu, dunia tidak lupa. Dunia ini selalu di sisi mereka."
“Haiti membutuhkan dana untuk membangun sekolah-sekolah, infrastruktur, jalan, pelabuhan, dan listrik,” kata Ban dalam konferensi pers.
Dan "untuk masa yang akan datang, pemerintah akan membutuhkan bantuan internasional hanya untuk menutupi gaji," katanya.
Kepala kemanusiaan PBB John Holmes mengatakan pekan lalu bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa berjuang untuk meningkatkan bantuan $ 1.44 miliar untuk korban gempa tahun ini. Ban mengatakan hanya 49 persen telah dicapai.
Preval menyuarakan keprihatinan bahwa petani Haiti akan terluka dengan melanjutkan bantuan pangan impor.
Ban kemudian mengunjungi kamp darurat di mana lebih dari 40.000 orang tinggal di bawah tenda biru, jingga, dan putih dan berbaring di sebuah lembah lapangan golf.
Di belakang tenda berdiri basis Angkatan Darat Amerika Divisi Airborne 82 pada hari-hari setelah bencana. Hanya sedikit tentara yang tersisa. Ban Ki-Moon mengatakan polisi Haiti dan pasukan penjaga perdamaian PBB dalam misi stabilisasi di negara itu sejak 2004 telah melakukan "pekerjaan yang sangat baik" dalam memberikan keamanan.
Tapi tanpa listrik atau keamanan, kamp-kamp tumbuh semakin berbahaya di malam hari, terutama bagi perempuan dan anak perempuan. Pekerja bantuan mengatakan gadis berusia tujuh tahun yang diperkosa di kamp dirawat di dalam tenda rumah sakit.
"Kami akan melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa kamp-kamp pengungsi tetap aman dan aman, terutama bagi perempuan dan anak-anak," kata Ban, mengacu kepada "pengungsi internal."
Ban juga menjadi prihatin dengan laporan peningkatan aktivitas geng, kata juru bicara Yves Sorokobi. Lebih dari 5.000 tahanan melarikan diri dari penjara-penjara yang runtuh atau rusak dalam gempa bumi, dan hanya sekitar 200 yang telah ditangkap.
Kamp telah menjadi pusat kegiatan kelompok-kelompok kemanusiaan, dengan sekolah-sekolah, klinik medis, dan menyiapkan program-program sosial. Tetapi lembah tempat pengungsi itu berisiko banjir dan longsor ketika musim hujan tiba minggu depan.
Ban mengatakan 60 persen dari korban gempa Haiti yang tak memiliki rumah, telah menerima lembaran plastik atau tenda untuk termpat berlindung. "Ini tidak cukup," akunya.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan mereka siap untuk membangun tetapi tidak memiliki tanah. Pejabat pemerintah bersikeras bahwa mereka telah membuat kemajuan dalam menemukan lokasi baru hasil negosiasi dengan pemilik tanah swasta.
AP | HAYATI MAULANA NUR