Stasiun televisi Imedi TV menyebutkan laporan tersebut sebagai 'tiruan dari kejadian yang mungkin terjadi'. Akan tetapi, sebagian warga Georgia tidak melihat peringatan tersebut. Pasalnya, dalam tayangan sekitar 30 menit tersebut, hanya di akhir acara disebutkan bahwa itu merupakan 'simulasi'.
Akibatnya, sebagian warga Georgia yang menonton tayangan tersebut secara tidak utuh menilai kejadian itu betul-betul nyata.
Warga Georgia masih trauma dengan perang yang terjadi pada 2008 antara Rusia dan Georgia. Berita tersebut membuat jaringan telepon seluler mengalami kepadatan lalu lintas. Bahkan, banyak orang yang berlarian ke jalan karena panik.
Pihak Imedi TV sendiri mengaku tayangan tersebut untuk menunjukkan kejadian yang mungkin berlangsung jika presiden tewas. Imedi TV pun meminta maaf atas tayangan tersebut.
Bos perusahaan induk yang membawahi Imedi TV, George Arveladze, meminta maaf karena laporan tersebut telah memicu warga panik.
Tayangan tersebut menggunakan cuplikan gambar ketika warga Georgia mengungsi akibat konflik dengan Rusia pada 2008.
Sepanjang tayangan 'simulasi' itu, pembaca narasi memberikan data-data bahwa pasukan Rusia mengebom bandar udara di ibukota Georgia, Tbilisi, dan pangkalan militer di Georgia.
Dalam tayangan simulasi tersebut juga disebutkan empat warga Georgia tewas dan enam lainnya terluka di Ossetia Selatan.
Sekitar dua jam setelah tayangan itu, Imedi TV menampilkan teks berupa permintaan maaf karena telah memicu kepanikan kepada penonton.
Bahkan, juru bicara Presiden Georgia Mikheil Saakashvili, Manana Manjgaladze, juga tampil langsung di studio Imedi untuk meminta maaf.
CNN| REUTERS| KODRAT SETIAWAN