TEMPO Interaktif, Den Haag - Pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic, membela diri melawan tuduhan terkait genosida dan kejahatan kemanusiaan yang terburuk di Eropa sejak Holocaust. Kepada hakim Senin (1/3) di Den Haag, Belanda, Karadzic mengatakan ia bukan barbar seperti digambarkan oleh jaksa PBB, tapi melindungi negerinya terhadap serangan Muslim fundamentalis.
Selama empat jam Karadzic di hadapan pengadilan kejahatan perang PBB, Karadzic mengungkapkan perihal perang sejak 1992-1995 di Bosnia. Ia dikenai tuduhan menjadi otak penanggung jawab perang yang menewaskan 100 ribu orang itu.
Ia mengungkapkan, perang ini terjadi karena pemimpin muslim Bosnia menolak pembagian kekuasaan. Karadzic menegaskan bahwa konflik yang muncul akibat bubarnya Yugoslavia merupakan konsekuensi dalam perebutan wilayah. Ia menganggap perang ini adalah perang suci dan adil.
"Saya membela bangsa kami dan ini adil dan suci bagi mereka."
Dia menyatakan Serbia Bosnia berada di bawah ancaman dan serangan fisik oleh umat Islam, yang dipimpin oleh mantan Presiden Bosnia Alija Izetbegovi. Orang-orang Serbia "ingin hidup dengan umat Islam, tetapi tidak di bawah Muslim," katanya.
Karadzic, 64, berbicara tegas, jarang melirik catatan, dan mengintip hakim dari bagian atas kacamatanya. Duduk sendirian di meja terdakwa, ia lebih mirip politisi yang penuh percaya diri menyampaikan pidato perang dan bernegosiasi dengan utusan perdamaian daripada sosok kurus yang diekstradisi ke pengadilan PBB di tahun 2008 setelah 13 tahun menjadi buronan.
Karadzic menghadapi dua tuduhan genosida dan sembilan tuntutan lainnya seperti pembunuhan, pembasmian, penyiksaan, deportasi paksa, dan menyita 200 sandera. Dia menghadapi kemungkinan penjara seumur hidup jika dinyatakan bersalah.
AP | HAYATI MAULANA NUR