Tingkat Melek Huruf yang Tinggi
Menurut Kementerian Pendidikan Palestina, sedikitnya 10.490 siswa sekolah dan mahasiswa telah terbunuh dalam serangan Israel. Lebih dari 500 guru sekolah dan dosen juga telah terbunuh. Konflik ini meletus ketika kelompok militan Palestina Hamas menyerang Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut perhitungan Israel.
Israel menanggapi dengan kampanye militer di Gaza, menewaskan lebih dari 40.861 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Israel mengatakan bahwa mereka berusaha keras untuk menghindari jatuhnya korban sipil dan menuduh Hamas menggunakan perisai manusia dan beroperasi dari sekolah-sekolah, sebuah tuduhan yang dibantah oleh kelompok itu.
Pelajaran yang diberikan Abu Mustafa lebih dari sekadar kurikulum. Kelas-kelasnya memberikan rasa struktur dan rutinitas di tengah kekacauan.
Tenda ini jauh dari ruang kelas tradisional di mana anak-anak pernah bermimpi untuk belajar di luar negeri atau menjadi dokter dan insinyur yang membantu masyarakat Gaza, yang miskin dan menderita pengangguran yang tinggi jauh sebelum perang meletus.
"Kami membutuhkan kursi dan meja agar anak-anak dapat belajar dengan baik, bukannya dipaksa menulis di atas tanah," ujar guru berusia 29 tahun itu.
Dengan sumber daya yang terbatas, Abu Mustafa mengajar pelajaran dasar termasuk pelajaran agama, berusaha agar murid-muridnya tetap belajar meskipun dibombardir tanpa henti.
Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel memiliki tingkat melek huruf yang tinggi secara internasional, dan sistem pendidikan yang kurang memadai merupakan sumber harapan dan kebanggaan yang langka di kalangan warga Palestina.
"Apa yang menjadi harapan anak-anak? Mereka memiliki hak untuk belajar di lingkungan yang aman, mereka memiliki hak untuk bermain di tempat yang aman, untuk tidak merasa takut," kata Abu Mustafa.
REUTERS | WAFA
Pilihan Editor: Keluarga Sandera Desak Amerika Serikat buat Kesepakatan Sepihak dengan Hamas