TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Israel, pada Jumat, 30 Agustus 2024, memperpanjang wajib militer bagi 350.000 tentara cadangan selama empat bulan hingga akhir 2024, lapor Anadolu Agency.
Pemerintah menyetujui perpanjangan tersebut dalam rapat Kabinet Keamanan dan mengesahkannya melalui pemungutan suara, yang memungkinkan 350.000 prajurit cadangan dimobilisasi hingga akhir 2024, Radio Angkatan Darat Israel melaporkan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pada awal Oktober 2023, pemerintah Israel memanggil lebih dari 350.000 tentara cadangan untuk berpartisipasi dalam perang mematikan di Gaza. Sejak saat itu, perintah pemanggilan tersebut telah diperpanjang beberapa kali.
Secara terpisah, 15 tentara Brigade Penerjun Payung Israel telah menolak untuk kembali berpartisipasi dalam perang Gaza, Channel 12 Israel melaporkan pada Jumat bahwa "15 tentara dari Brigade Penerjun Payung, yang menyelesaikan tugas mereka minggu ini di kota Deir Al-Balah dan Khan Yunis, dipanggil kembali tetapi (mereka) menolak."
"Salah satu masalah yang menyertai berakhirnya operasi adalah kelelahan para prajurit, yang kemudian pergi untuk beristirahat," demikian dilansir lembaga penyiaran itu.
"Tentara berusaha mengatasi masalah kelelahan secara kreatif, tetapi jelas bagi semua orang bahwa ini adalah situasi sensitif yang dapat berdampak pada lebih banyak unit dan tentara," tambahnya.
Tentara Israel menyatakan bahwa tidak ada tindakan hukuman yang akan diambil terhadap tentara tersebut.
Jajak Pendapat: Jumlah Tentara yang Ingin Melanjutkan Dinas Militer Turun
Sebuah survei yang diperoleh Ynet pada Mei mengungkapkan bahwa hanya 42% perwira tetap militer Israel yang ingin mendaftar untuk melanjutkan dinas, turun dari 49% sebelum perang. Alasannya antara lain adalah gesekan yang ekstrem, kerusakan pada kehidupan keluarga, dan ketidakpuasan dengan gaji.
Menurut survei yang dilakukan oleh Divisi Personel IDF, telah terjadi penurunan yang signifikan dalam kesediaan para perwira tetap untuk tetap tinggal.
Hanya 42% yang menjawab positif apakah mereka ingin melanjutkan dinas, dibandingkan dengan 49% pada Agustus 2023. Namun, penurunan motivasi lebih lanjut dibuktikan oleh faktor lain yang dibahas dalam ACA: peningkatan jumlah rujukan oleh perwira ke departemen pensiun militer Israel selama perang.
Selain itu, survei ini juga mengungkapkan bahwa hanya 30% pegawai Israel yang merasa puas dengan tingkat gaji mereka. Sebaliknya, 60% responden di sektor swasta menyatakan puas dengan gaji mereka.
Meskipun beberapa kesenjangan antara sistem militer dan sektor swasta memang wajar terjadi, kesenjangan sebesar ini mengindikasikan kemarahan dan kebencian yang signifikan di antara anggota militer, yang kepentingannya diakui secara universal.
Dalam catatan yang sama, awal bulan ini, terungkap bahwa 10 tentara Israel bunuh diri sejak 7 Oktober, beberapa di antaranya selama konfrontasi di pemukiman Gaza, demikian surat kabar Israel, Haaretz, mengungkapkan.
Para ahli yang dikutip oleh surat kabar tersebut menyatakan bahwa meskipun sebagian besar kasus bunuh diri di kalangan tentara melibatkan prajurit muda, peristiwa 7 Oktober telah memberikan dampak psikologis yang tidak biasa pada personel tentara Israel secara umum.
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa militer Israel secara tak terduga harus menangani kecenderungan bunuh diri di kalangan prajurit dan perwira, baik yang bertugas di dinas militer tetap maupun di pasukan cadangan, terutama mereka yang berusia tiga puluhan dan empat puluhan.
ANADOLU | AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Perang Gaza, Pedagang di Israel Sepi Pembeli dan Kepercayaan Investor Turun