Mark Zuckerberg
Zuckerberg mengubah Meta (sebelumnya Facebook) menjadi alat untuk menyensor AS. Platform dengan standar enkripsi end-to-end (e2e) untuk aplikasi perpesanan dan algoritma non-open source ini telah menyajikan berbagai kasus penyensoran dan manipulasi opini publik yang didokumentasikan oleh para pelapor dan pembocor informasi.
Setelah pemilihan umum Amerika Serikat 2016, sudut pandang konservatif ditekan dengan dalih "ujaran kebencian" sementara sudut pandang liberal diangkat.
Pada 2018, terungkap bahwa perusahaan konsultan politik yang berbasis di Inggris, Cambridge Analytica, terlibat dalam pengambilan puluhan juta profil Facebook pada 2014. Data ini digunakan untuk menargetkan pengguna dengan iklan politik yang dipersonalisasi, termasuk selama kampanye presiden AS 2016, perusahaan ini terlibat dalam operasi pengumpulan data dan manipulasi suara yang serupa di berbagai negara di seluruh dunia.
Postingan yang mengkritik segala sesuatu mulai dari kebijakan luar negeri dan imigrasi AS, kebijakan iklim, hingga vaksin terkadang dihapus secara langsung, tetapi lebih sering disembunyikan atau direndahkan.
Laporan Human Right Watch di situs resminya, pada 20 Desember 2023, menyebut kebijakan dan praktik Meta telah membungkam suara-suara yang mendukung Palestina dan hak asasi manusia Palestina di Instagram dan Facebook dalam gelombang penyensoran media sosial yang semakin meningkat di tengah permusuhan antara pasukan Israel dan kelompok-kelompok bersenjata Palestina yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Antara Oktober dan November 2023, Human Rights Watch mendokumentasikan lebih dari 1.050 penghapusan dan pemberangusan konten Instagram dan Facebook yang telah diunggah oleh warga Palestina dan para pendukungnya, termasuk mengenai pelanggaran hak asasi manusia. Human Rights Watch secara terbuka meminta kasus-kasus penyensoran online dan segala jenis sudut pandang yang berkaitan dengan Israel dan Palestina.
Dari 1.050 kasus yang ditinjau untuk laporan ini, 1.049 kasus melibatkan konten damai yang mendukung Palestina yang disensor atau diberangus secara berlebihan, sementara satu kasus melibatkan penghapusan konten yang mendukung Israel.
Konten-konten itu berasal dari lebih 60 negara di seluruh dunia, terutama dalam Bahasa Inggris, yang semuanya dukungan damai untuk Palestina. Angka tersebut belum mencerminkan distribusi penyensoran secara keseluruhan. Ratusan orang terus melaporkan penyensoran setelah Human Rights Watch menyelesaikan analisisnya untuk laporan tersebut. Itu berarti jumlah total kasus yang diterima Human Rights Watch jauh melebihi 1.050.
SPUTNIK | REUTERS | AL JAZEERA | HUMAN RIGHT WATCH
Pilihan Editor: Penangkapan Bos Telegram Pavel Durov Bikin Hubungan Rusia Prancis ke Titik Terendah