TEMPO.CO, Jakarta - CEO dan pendiri aplikasi media sosial terenkripsi, Telegram, Pavel Durov, ditangkap pada 24 Agustus di bandara Le Bourget dekat Paris saat ia akan berangkat dengan jet pribadinya. Penangkapan Durov memicu perdebatan sengit di mana sebagian besar influencer menganggapnya sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara. Sebuah tagar #FreeDurov muncul di X.
Berikut reaksi dari beberapa sosok publik tentang penangkapan Durov:
Elon Musk
Elon Musk, maestro teknologi asal Amerika Serikat yang juga pemilik X (sebelumnya bernama Twitter), dengan cepat bereaksi atas berita tersebut di platform media sosialnya. Musk memposting pesan Grok dari akun resmi X, dengan judul sarkastik, "Lihatlah iklan Amandemen Pertama ini. Ini sangat meyakinkan." Postingan tersebut merinci penangkapan Durov, menyoroti investigasi yang sedang berlangsung terhadap praktik moderasi Telegram.
Musk tidak berhenti sampai di situ. Dia menindaklanjuti dengan membagikan ulang postingan dari akun OSINTdefender, dengan menambahkan keterangannya sendiri: "SUDUT PANDANG: Ini tahun 2030 di Eropa dan Anda dieksekusi karena menyukai meme."
Komentar ini menggarisbawahi kekhawatiran Musk tentang masa depan kebebasan berbicara di Eropa, yang mengisyaratkan skenario distopia di mana aktivitas online yang paling tidak berbahaya sekalipun dapat menyebabkan konsekuensi yang parah.
Komentar Musk telah menghidupkan kembali perdebatan mengenai keseimbangan antara kebebasan berbicara dan moderasi konten, dengan pernyataannya yang menarik perhatian pada apa yang dia lihat sebagai ancaman yang semakin meningkat terhadap kebebasan individu di Eropa.
Edward Snowden
Edward Snowden, mantan pembocor NSA, telah mengkritik penangkapan Pendiri Telegram, Pavel Durov, dan menyebutnya sebagai "serangan terhadap hak asasi manusia untuk berbicara dan berserikat." Snowden, yang diberikan kewarganegaraan Rusia tahun lalu, mengungkapkan pandangannya di X (sebelumnya Twitter), dan menyatakan bahwa penangkapan tersebut menodai reputasi global Prancis.
"Penangkapan @Durov merupakan serangan terhadap hak asasi manusia untuk berbicara dan berserikat. Saya terkejut dan sangat sedih karena (Presiden Prancis Emmanuel) Macron telah turun ke tingkat penyanderaan sebagai cara untuk mendapatkan akses ke komunikasi pribadi. Hal ini tidak hanya merendahkan Prancis, tapi juga dunia," tulis Snowden.