TEMPO.CO, Jakarta - Politisi Hamas, Khalil al-Hayya akan terus memimpin negosiasi tidak langsung dengan Israel untuk gencatan senjata di Gaza dengan panduan dari pemimpin baru kelompok tersebut, Yahya Sinwar, yang terus menjalankan usaha perang di dalam daerah kantong tersebut, tiga sumber Palestina termasuk seorang pejabat Hamas mengatakan.
Hamas, Selasa, 6 Agustus 2024, mengumumkan bahwa mereka telah memilih Sinwar – salah satu dalang serangan kelompok militan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober – sebagai pemimpin umum, menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Iran bulan lalu.
Pemilihan Sinwar, yang sangat diburu Israel untuk dibunuh, terlihat sebagai sebuah sikap menantang dari Hamas seiring dengan berlanjutnya perang Gaza. Menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang yang secara luas dianggap menjalankan perang dari terowongan-terowongan di bawah daerah kantong tersebut jelas bukan pertanda takluk.
Para ahli politik Palestina telah melihat Hayya sebagai kandidat utama untuk menggantikan Haniyeh, sebagian karena hubungannya yang baik dengan pendukung utama kelompok tersebut, Iran, yang dukungannya akan sangat penting bagi gerakan tersebut untuk pulih setelah perang.
Hayya adalah wakil Sinwar dan baru-baru ini memimpin tim Hamas dalam pembicaraan gencatan senjata tidak langsung dengan Israel di bawah pengawasan Haniyeh. Hayya berada di kediaman yang sama ketika Haniyeh diserang rudal di Teheran, namun tidak berada di apartemen yang sama pada saat serangan.
Dia telah selamat dari dua kali upaya Israel untuk membunuhnya. Pada 2007, sebuah serangan Israel menghantam rumah keluarga besarnya yang menewaskan beberapa kerabatnya dan pada 2014, sebuah serangan di rumahnya menewaskan putra sulungnya.
Bekerja di bawah pengawasan Haniyeh, Hayya telah memimpin delegasi kelompok tersebut dalam perundingan yang dimediasi dengan Israel yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata dan kesepakatan untuk menukar warga Israel yang diculik oleh Hamas pada 7 Oktober dengan warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel.
"Dr. Khalil Al-Hayya adalah kepala tim negosiasi dan tidak ada perubahan untuk hal ini," kata seorang pejabat Hamas.
Wajah Diplomasi Hamas
Sumber lain yang mengetahui perundingan Hamas mengatakan bahwa Hayya telah mendapatkan kepercayaan dari Haniyeh dan Sinwar, dan mengatakan bahwa ia diharapkan akan "terus memimpin negosiasi tidak langsung dan menjadi wajah diplomatik gerakan ini".
Baik Hayya maupun Zaher Jabarin, yang memimpin Hamas di Tepi Barat dari luar wilayah Palestina, "akan memainkan peran yang lebih besar di masa depan, juga karena keduanya memiliki hubungan yang baik dengan Iran dan Hizbullah," ujar sumber tersebut.
Sumber-sumber tersebut menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas politik.
Hayya adalah wakil pemimpin Hamas untuk Gaza, meskipun ia telah menjalankan perannya dari luar wilayah Palestina selama beberapa tahun dan tinggal di Qatar.
Sinwar tidak muncul di depan umum sejak serangan 7 Oktober, tetapi telah memainkan peran kunci dalam mengarahkan operasi militer dan negosiasi pertukaran tawanan.
Sumber yang mengetahui tentang musyawarah Hamas mengatakan bahwa pesan-pesan terus dipertukarkan antara para pemimpin kelompok tersebut di luar negeri dan Sinwar di Jalur Gaza, meskipun hal ini membutuhkan waktu untuk disampaikan.
Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan kepada Reuters bahwa pemilihan Sinwar menggarisbawahi bobot yang diberikan Hamas kepada Jalur Gaza.
"Ini juga merupakan pesan kepada penjajah (Israel) bahwa pembunuhan Anda terhadap Haniyeh membawa hasil yang berlawanan," katanya.
Militan yang dipimpin Hamas pada Oktober lalu menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang lainnya, menurut perhitungan Israel. Serangan tersebut mendorong Israel untuk melancarkan serangan ke Gaza yang telah menewaskan sekitar 40.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza.
REUTERS
Pilihan Editor: Arab Saudi Pertama Kalinya Buka Suara Soal Pembunuhan Pemimpin Hamas