Selain mengembangkan alutsista berupa drone, CUS hingga kini telah merancang dan menerapkan lebih dari 20 skenario lain. Ini meliputi operasi serangan di lingkungan perkotaan dan bangunan untuk kegiatan kontra-terorisme, serta operasi dari kendaraan lapis baja.
"Kami masih harus menjelajahi lebih banyak industri FPV. Program Khrust dan drone untuk kondisi darurat nuklir bukanlah satu-satunya bidang kerja pusat dalam penggunaan tempur drone FPV yang masih baru bagi semua orang. Kami baru memulai di bidang ini," kata Kuzyakin.
Peluncuran drone kiamat ini terjadi di tengah ketegangan antara Rusia dan Barat. Pada Rabu, 13 Maret 2024 lalu, Presiden Vladimir Putin mengancam negara-negara bahwa Rusia secara teknis siap menghadapi perang nuklir dan bahwa pengiriman pasukan Amerika ke Ukraina akan dianggap sebagai eskalasi konflik yang signifikan.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) Rusia mewarisi senjata nuklir dari Uni Soviet dan memiliki stok hulu ledak nuklir terbesar di dunia. Bahkan Putin mengendalikan sekitar 5.580 hulu ledak nuklir.
Sekitar 1.200 di antaranya sudah tidak aktif, namun sebagian besar masih dalam kondisi baik. Sementara sekitar 4.380 hulu ledak disimpan untuk peluncur strategis jarak jauh dan pasukan nuklir taktis jarak pendek. Jumlah ini menunjukkan bahwa Moskow memiliki kapasitas untuk menghancurkan dunia berkali-kali lipat.
RIZKI DEWI AYU | TASS
Pilihan editor: 14 Negara di Amerika Selatan Beserta Ibu Kotanya