Salah satu insiden ransomware yang dituduhkan kepada Rim melibatkan peretasan pada bulan Mei 2021 terhadap sebuah rumah sakit di Kansas yang membayar tebusan setelah para peretas mengenkripsi empat server komputernya.
Rumah sakit tersebut membayar dengan bitcoin, yang ditransfer ke bank Cina dan kemudian ditarik dari ATM di Dandong, Cina. ATM itu terletak di sebelah Jembatan Persahabatan Cina-Korea yang menghubungkan kota itu dengan Sinuiju, Korea Utara.
FBI mengatakan pihaknya menawarkan hadiah hingga US$ 10 juta untuk informasi yang dapat menangkap Rim. Ia diyakini berada di Korea Utara.
Pejabat FBI dan Departemen Kehakiman mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa mereka telah menyita beberapa akun daring milik para peretas, termasuk mata uang virtual senilai US$ 600.000 yang akan dikembalikan kepada para korban serangan ransomware.
"Operasi spionase siber global yang kami ungkap hari ini menunjukkan sejauh mana aktor yang disponsori Korea Utara bersedia melakukan apa saja untuk meneruskan program militer dan nuklir mereka," kata Paul Chichester di Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris, bagian dari badan mata-mata GCHQ negara itu.
Pada bulan Agustus tahun lalu, sekelompok elit peretas Korea Utara telah berhasil membobol sistem di NPO Mashinostroyeniya, sebuah biro desain roket yang berpusat di Reutov, sebuah kota kecil di pinggiran Moskow.
Seperti halnya kasus peretasan itu, APT45 - bagian dari badan intelijen Biro Umum Pengintaian Korea Utara - menggunakan teknik phishing umum dan eksploitasi komputer untuk mengelabui pejabat di perusahaan yang mereka targetkan. Tujuannya untuk memberikan akses ke sistem komputer internal mereka.
REUTERS
Pilihan editor: Kamala Harris Desak Netanyahu Gencatan Senjata di Gaza: Saya Tak Akan Diam