Dia mengatakan Gutierrez kemudian berdoa bersama seorang pendeta penjara dan menambahkan: “Tuhan itu agung!”
Gutierrez telah beberapa kali mengalami penundaan jadwal eksekusi dalam beberapa tahun terakhir, termasuk masalah terkait keberadaan penasihat spiritual di kamar eksekusi. Pada bulan Juni 2020, Gutierrez tinggal sekitar satu jam lagi dari jadwal eksekusi ketika ia mendapat penangguhan dari Mahkamah Agung.
Dalam banding terkini, pengacara Gutierrez telah meminta Mahkamah Agung untuk campur tangan. Alasannya Texas telah menolak haknya berdasarkan hukum negara bagian untuk melakukan pengujian DNA pasca-putusan yang akan menunjukkan bahwa ia tidak memenuhi syarat untuk hukuman mati.
Pengacaranya berpendapat bahwa berbagai barang yang ditemukan dari tempat kejadian perkara belum pernah diuji. Shawn Nolan, pengacara Gutierrez, menyatakan senang dengan keputusan pengadilan pada Selasa malam.
"Kami berharap bahwa sekarang Pengadilan telah turun tangan untuk menghentikan eksekusi ini, kami akhirnya dapat menyelesaikan pengujian DNA untuk membuktikan bahwa Gutierrez tidak boleh dieksekusi sekarang atau di masa mendatang," kata Nolan dalam pernyataan melalui email.
Namun jaksa mengatakan permintaan pengujian DNA merupakan taktik penundaan. Ia berkeras bahwa Gutierrez dihukum berdasarkan berbagai bukti, termasuk pengakuannya. Ia telah mengaku merencanakan perampokan dan bahwa ia berada di dalam rumah korban ketika korban dibunuh.
Polisi mendakwa tiga orang dalam kasus ini: Rene Garcia, Pedro Gracia, dan Gutierrez. Rene Garcia menjalani hukuman seumur hidup di penjara Texas, sementara Pedro Gracia, yang menurut polisi adalah pengemudi yang melarikan diri, masih buron.
CNN
Pilihan editor: Top 3 Dunia: Kota Beirut Termahal di Arab, Pelabuhan Israel Bangkrut