TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters mengumumkan pihaknya akan mengucurkan dana bantuan tambahan total senilai USD5 juta (Rp82 miliar) ke World Food Program (WFP) dan UNICEF untuk membantu mengatasi bencana kemanusiaan di Gaza. Peters menulis di media sosial X, situasi kemanusiaan di Gaza adalah sebuah bencana besar.
“Selandia Baru akan memberikan bantuan tambahan sebesar USD5 juta ke WFP dan UNICEF agar bisa memberikan makanan darurat, menyediakan fasilitas sanitasi dan bantuan perawatan kesehatan. Seluruh total bantuan kemanusiaan yang dikucurkan Selandia Baru sebesar USD22 juta ini (Rp360 miliar), untuk mereka yang terdampak konflik Israel-Hamas,” kata Peters.
Perang Gaza yang sudah berlangsung selama delapan bulan telah menewaskan 37.300 warga Palestina. Militer Israel bukan hanya menjatuhkan bom ke Kota itu, namun juga melakukan blokade total sehingga menimbulkan sebuah krisis kemanusiaan. Badan-badan bantuan internasional melaporkan kelaparan di Gaza sudah meluas dan ratusan ribu orang berada di jurang kelaparan.
Mahkamah Internasional memutuskan Israel telah melakukan genosida sehingga memerintahkan Tel Aviv agar segera menghentikan operasi militernya di Rafah, di mana ada satu juta orang berlindung ke sana. Namun pada 6 Mei 2024, Negeri Bintang Daud itu nekat melakukan penyerangan ke Rafah.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyambut baik inisiatif perdamaian yang baru-baru ini disorongkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Sebab baginya, ini adalah waktu yang tepat untuk gencatan senjata bersama dengan pembebasan sandera tanpa syarat.
Menurut Guterres, delapan bulan penderitaan tanpa henti bagi warga sipil Palestina di Gaza, kecepatan dan skala pembantaian serta pembunuhan di Gaza telah melampau apa pun selama dia menjabat sebagai Sekjen PBB. Sedikitnya 1,7 juta orang atau 75 persen dari populasi Gaza - telah mengungsi, bahkan beberapa kali lipat akibat serangan militer Israel.
Di akui Guterres, tidak ada tempat yang aman di Gaza. Kondisinya sangat menyedihkan. Situasi kesehatan masyarakat berada di luar tingkat krisis. Rumah sakit-rumah sakit di Gaza menjadi reruntuhan.
Persediaan medis dan bahan bakar langka atau bahkan tidak ada sama sekali. Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza tidak memiliki cukup air minum bersih dan menghadapi tingkat kelaparan yang parah. Lebih dari 50 ribu anak membutuhkan perawatan untuk malnutrisi akut.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan editor: 5 Manfaat Daging Kambing untuk Kesehatan Tubuh, Tinggi Zat Besi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini