Ribuan demonstran warga negara Israel turun ke jalan untuk menyerukan agar diselenggarakan pemilu, Sabtu, 20 April 2024. Mereka juga menuntut ada lebih banyak langkah nyata dari Tel Aviv dalam membebaskan sandera yang sekarang ditahan Hamas di Gaza.
Itu adalah unjuk rasa terbaru yang memprotes pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Unjuk rasa berlangsung saat perang Gaza masuk bulan ketujuh dan membuat warga Israel maerah karena 133 sandera warga negara Israel masih ditahan Hamas. Sejumlah survei memperlihatkan sebagian besar warga negara Israel menyalahkan Netanyahu atas kegagalan keamanan hingga mengarah ke serangan 7 Oktober 2024 oleh Hamas.
Netanyahu telah menjadi perdana menteri Israel dengan jabatan terlama dan dia pun telah menyerukan agar diselenggarakan pemilu dini, namun pemilu di tengah perang hanya akan menguntungkan Hamas. Hasil sejumlah jajak pendapat memprediksi dia bakal kalah dalam pemilu.
“Kami di sini untuk memprotes pemerintahan yang terus membuat kita dalam kemunduran sampai berbulan-bulan, sebelum dan sesudah serangan 7 Oktober 2023. Kita terus mengalami kemunduran,” kata Yalon Pikman, 58 tahun, warga negara Israel yang ikut unjuk rasa di Ibu Kota Tel Aviv.
Dalam serangan 7 Oktober 2023, Hamas menyandera 253 warga negara Israel dan diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang. Beberapa sandera sudah dibebaskan pada November 2023, namun sejumlah upaya untuk membebaskan sisa sandera masih mengalami jalan buntu. Netanyahu berjanji akan melanjutkan perang Gaza, yang otoritas kesehatan Gaza menyebut telah menewaskan lebih dari 34 ribu warga Palestina. Netanyahu juga berjanji akan menumpas kelompok Hamas.
Pada akhir pekan lalu, serangan drone dan rudal Iran ke Israel telah mengalihkan perhatian dunia dari perang Gaza. Banyak keluarga para sandera warga negara Israel merasa bahwa waktu hampir habis.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Israel Minta AS Kirim Lebih Banyak Senjata untuk Hadapi Iran
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini