TEMPO.CO, Jakarta - Israel meminta AS untuk memberikan lebih banyak amunisi tank dan kendaraan taktis, kata tiga orang yang mengetahui masalah tersebut. Tambahan senjata itu diajukan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berupaya untuk menambah persediaannya di tengah perang di Gaza dan meningkatnya ketegangan dengan Iran.
Ketiga sumber yang meminta namanya tidak disebutkan itu mengatakan permintaan tersebut baru saja diajukan dan pemerintah belum memulai evaluasi formal.
The Wall Street Journal melaporkan sebelumnya bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan permintaan amunisi tank 120mm, kendaraan, dan mortir senilai US$ 1 miliar. Departemen Luar Negeri dan Dewan Keamanan Nasional menolak berkomentar.
Permintaan semacam itu sekali lagi akan menempatkan pemerintahan Biden dalam posisi yang sulit. Presiden Joe Biden mengatakan dukungan AS terhadap pertahanan Israel “sangat kuat” setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.
Pada saat yang sama, ia dikritik karena gagal meredam serangan balasan Israel di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 30.000 orang.
Kebutuhan Israel menjadi lebih mendesak pada 13 April, ketika pertahanan udaranya – dengan bantuan dari AS, Inggris dan negara-negara lain – berhasil menghalau serangan sekitar 300 drone dan rudal yang ditembakkan oleh Iran.
Hal ini memicu kekhawatiran akan terjadinya aksi saling balas dan meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang lebih luas. Pada Kamis malam, dua pejabat AS mengklaim Israel membalas dengan menembakkan drone ke kota Isfahan.
Permintaan amunisi ini terpisah dari permintaan tambahan pendanaan sebesar US$ 95 miliar yang tampaknya akan disetujui Kongres akhir pekan ini untuk memberikan bantuan militer kepada Israel dan Ukraina. Salah satu pejabat mengatakan AS belum memulai proses peninjauan, yang akan memakan waktu berbulan-bulan dan tidak menjamin penjualan.
Senator Chris Van Hollen, seorang Demokrat Maryland, telah menekan Biden untuk menahan bantuan militer yang bersifat ofensif, termasuk bom, sampai Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan mengalir tanpa batasan.
Van Hollen telah mendesak Biden untuk menegakkan Undang-Undang Bantuan Luar Negeri, yang melarang bantuan kepada negara-negara yang membatasi pengiriman bantuan kemanusiaan AS “secara langsung atau tidak langsung” kecuali jika presiden memutuskan bahwa hal tersebut demi kepentingan keamanan nasional AS.
Permintaan baru ini juga terpisah dari permintaan sebelumnya untuk menjual kepada Israel lebih dari 1.000 bom MK-82 seberat 500 pon dan lebih dari 1.000 Bom Diameter Kecil seberat 250 pon dan sekring untuk amunisi lainnya yang masih menunggu persetujuan kongres.
Penjualan amunisi yang tertunda ini jika disetujui dan dikontrak tidak akan dikirimkan hingga tahun 2025.
AL ARABIYA
Pilihan editor: Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai