TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Peru Dina Boluarte mengecam penyelidikan yang dilakukan terhadapnya menyangkut jam tangan mewah dan perhiasan mahal karya perancang ternama, sepekan setelah polisi menggerebek rumah dan kantornya atas dugaan korupsi. Ia mengaku sebagian besar koleksi jam tangan Rolex miliknya merupakan pinjaman dari seorang teman.
Boluarte diperiksa jaksa selama hampir lima jam pada Jumat, 5 April 2024. Jaksa berfokus pada tuduhan memperkaya secara ilegal dan bagaimana Boluarte memperoleh beberapa arloji Rolex serta perhiasan lainnya, yang harganya mahal dan tampak bertentangan dengan gaji rendahnya sebagai pejabat publik.
Berkomentar setelah kesaksiannya yang dilakukan secara tertutup, dia mengakui semua jam tangan Rolex tersebut, kecuali satu, dipinjamkan kepadanya oleh seorang teman. Temannya berharap Boluarte akan mencerminkan negaranya dengan baik jika ia memakai arloji mahal tersebut.
“Adalah sebuah kesalahan saya telah menerima pinjaman jam tangan dari teman saya,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia sudah mengembalikan jam tangan yang dipinjamnya.
Mengenai tuduhan dia memiliki gelang dan kalung desainer yang mahal, dia beralasan barang-barang tersebut perhiasan imitasi yang lebih murah, yang dia beli beberapa tahun lalu.
Ia lantas mendesak para jaksa penuntut untuk lebih profesional, sekaligus menyebut penyelidikan itu sebagai sebuah kebohongan dan “tabir asap”.
Boluarte lolos dari proses pemakzulan atas penyelidikan ini setelah Kongres menolak dua mosi yang diajukan anggota parlemen sayap kiri pada Kamis lalu, 4 April 2024. Gagalnya mosi pemakzulan sebagian besar berkat dukungan dari politikus konservatif dan sayap kanan, yang mengatakan mereka ingin menghindari krisis berikutnya di Peru.
Skandal Rolex ini menandai krisis politik terbaru bagi Boluarte, yang telah menghadapi protes sengit selama bertahun-tahun dari para pendukung pendahulunya yang terpilih secara demokratis, mantan presiden Pedro Castillo. Ia dimakzulkan pada Desember 2022 karena mencoba membubarkan Kongres dan kemudian dipenjara.
Awal pekan ini, Boluarte mengganti hampir sepertiga menterinya setelah pengunduran diri mendadak, termasuk menteri dalam negeri yang membawahi kepolisian nasional. Boluarte, yang dilantik sebagai presiden oleh Kongres, gagal memajukan pemilu tahun lalu dalam upaya meredakan ketegangan nasional. Protes sengit dari rakyat menyebabkan puluhan orang tewas, kebanyakan dari komunitas adat Peru yang terpinggirkan.
Para pengunjuk rasa, yang sebagian besar merupakan pendukung Castillo, berupaya memaksa pemerintah agar menyetujui pembentukan majelis konstituante untuk menyusun konstitusi baru. Mereka juga berusaha memaksa pengunduran diri Boluarte. Presiden petahana tersebut menghadapi penyelidikan terpisah yang sedang berlangsung atas perannya dalam kematian puluhan orang tersebut.
REUTERS
Pilihan editor: Ferdinand Marcos Jr Janji akan Balas Tindakan Beijing di Laut Cina Selatan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini