TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan di seluruh Amerika Latin mengutuk serangan Ekuador setelah pasukannya menyerbu kedutaan besar Meksiko di Quito untuk menangkap mantan Wakil Presiden Ekuador Jorge Glas yang telah diberikan suaka politik di sana.
Argentina, Bolivia, Brazil, Chile, Kolombia, Kuba, Peru, Uruguay dan Venezuela menegur keras Ekuador pada Sabtu, beberapa jam setelah penangkapan Jorge Glas pada Jumat malam. Bahkan, Nikaragua bergabung dengan Meksiko dalam memutuskan hubungan diplomatik dengan Ekuador.
Dalam insiden yang terjadi pada Jumat malam, pasukan khusus yang dilengkapi dengan alat pendobrak mengepung kedutaan Meksiko di distrik keuangan Quito, dan setidaknya satu agen memanjat tembok untuk mengekstraksi Glas.
Politisi berusia 54 tahun itu dicari atas tuduhan korupsi dan bersembunyi di dalam kedutaan Meksiko sejak mencari suaka politik pada Desember.
Pihak berwenang Meksiko mengabulkan permintaan itu pada Jumat.
Setelah penangkapannya, Glas terlihat dalam video yang beredar di media sosial dibawa oleh konvoi polisi ke bandara di Quito, diapit oleh tentara bersenjata lengkap. Dia kemudian naik pesawat menuju penjara di Guayaquil, kota terbesar di negara Andean.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengecam serangan dan penangkapan diplomat yang tidak biasa ini sebagai tindakan “otoriter” serta pelanggaran hukum internasional dan kedaulatan Meksiko.
Sementara pemerintahan Presiden Ekuador Daniel Noboa berpendapat bahwa perlindungan suaka adalah ilegal karena tuduhan korupsi Glas sedang diadili.
Namun, berdasarkan hukum internasional, kedutaan dianggap sebagai wilayah kedaulatan negara yang diwakilinya. Dan Konvensi Wina, yang mengatur hubungan internasional, menyatakan bahwa suatu negara tidak boleh mengganggu kedutaan di wilayahnya.
Pemerintah Brasil mengutuk tindakan Ekuador sebagai “pelanggaran nyata” terhadap norma-norma internasional dan mengatakan tindakan tersebut “harus mendapat penolakan keras, apa pun pembenaran penerapannya”.
Presiden Kolombia Gustavo Petro berargumen dalam sebuah postingan di X bahwa Amerika Latin “harus menjaga prinsip hukum internasional tetap hidup di tengah barbarisme yang berkembang di dunia”. Sementara pemerintahnya mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa mereka akan memperjuangkan perlindungan hukum untuk Glas yang sekarang ditahan.
Amerika Serikat juga mengatakan pihaknya mengutuk setiap pelanggaran terhadap konvensi yang melindungi misi diplomatik dan mendorong “kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan mereka sesuai dengan norma-norma internasional”.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan dia “khawatir” dengan serangan itu, dan mendesak kedua belah pihak untuk bersikap moderat dalam menyelesaikan perselisihan tersebut, menurut seorang juru bicara.
Organisasi Negara-negara Amerika yang berbasis di Washington juga mengeluarkan seruan untuk berdialog guna menyelesaikan perselisihan yang semakin meningkat. Mereka menambahkan dalam sebuah pernyataan bahwa sesi dewan permanen badan tersebut akan diadakan untuk membahas perlunya “kepatuhan yang ketat terhadap perjanjian internasional, termasuk perjanjian yang menjamin hak suaka”.
Pada Sabtu, kedutaan Meksiko masih dikepung oleh polisi dan bendera Meksiko telah diturunkan.
Kementerian Luar Negeri Meksiko mengatakan pada Minggu 7 April 2024 bahwa personel diplomatik dan keluarga mereka akan meninggalkan Ekuador dengan penerbangan komersial. Rombongan ini dkan ditemani oleh personel dari “negara sahabat dan sekutu” menuju ke bandara.
Di Mexico City, sekitar 50 demonstran berunjuk rasa di luar kedutaan Ekuador, menuduh Quito sebagai “fasis”.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi nasional Milenio, diplomat top Meksiko Alicia Barcena mengungkapkan keterkejutannya atas penyerbuan Ekuador ke kedutaan negara tersebut. Ia menambahkan bahwa beberapa personel kedutaan terluka dalam penggerebekan tersebut.
Dia menambahkan bahwa Glas diberikan suaka setelah melakukan analisis mendalam mengenai keadaan seputar tuduhan yang dia hadapi.
Glas adalah wakil presiden di bawah mantan presiden sayap kiri, Rafael Correa, antara 2013 dan 2017.
Dia dibebaskan dari penjara pada November setelah menjalani hukuman karena menerima suap jutaan dolar dalam skandal besar yang melibatkan raksasa konstruksi Brasil, Odebrecht. Dia menghadapi surat perintah penangkapan lagi karena diduga mengalihkan dana yang dimaksudkan untuk upaya rekonstruksi setelah gempa bumi dahsyat pada 2016.
Glas mengklaim dirinya adalah korban penganiayaan politik, tuduhan yang dibantah oleh pemerintah Ekuador.
Mantan Presiden Correa, yang telah diasingkan di Belgia sejak 2017 dan dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena korupsi, menulis di X bahwa “bahkan di masa kediktatoran terburuk sekalipun, kedutaan suatu negara tidak pernah dilanggar”.
Dia mengatakan Glas “kesulitan berjalan karena dipukuli”.
Pilihan Editor: Nikaragua Putuskan Hubungan dengan Ekuador setelah Penggerebekan di Kedutaan Meksiko
REUTERS | AL JAZEERA