TEMPO.CO, Jakarta - Israel menuduh 190 staf UNRWA, lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa yang mengurusi pengungsi Palestina, merangkap sebagai militan Hamas atau Jihad Islam. Tuduhan itu tercantum dalam dokumen intelijen Israel yang mendorong sejumlah negara menghentikan dana untuk badan tersebut.
Dalam dokumen itu, Israel menyebut bahwa beberapa staf ikut serta dalam penculikan dan pembunuhan selama serangan 7 Oktober yang memicu perang Gaza. Dokumen setebal enam halaman itu, yang dilihat oleh Reuters, menuduh bahwa sekitar 190 pegawai UNRWA, termasuk guru, telah merangkap sebagai militan Hamas atau Jihad Islam. Dalam dokumen itu tercantum beberapa nama yang dilengkapi foto.
PBB belum secara resmi menerima salinan dokumen tersebut, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric pada hari Senin.
Palestina menuduh Israel memalsukan informasi untuk mencoreng UNRWA. Beberapa staf UNRWA telah dipecat dan sedang diselidiki atas tuduhan tersebut.
Dokumen itu mengatakan salah satu dari 11 orang tersebut adalah seorang konselor sekolah yang membantu putranya menculik seorang wanita selama infiltrasi Hamas pada 7 Oktober lalu. Israel mengklaim dalam serangan itu, Hamas membunuh 1.200 orang terbunuh dan menculik 253 orang.
Seorang pekerja sosial UNRWA lainnya, dituduh terlibat secara tidak spesifik dalam pemindahan jenazah tentara Israel yang terbunuh ke Gaza dan mengoordinasi pergerakan truk pick-up yang digunakan oleh para perampok dan pasokan senjata.
Orang Palestina ketiga dalam dokumen tersebut dituduh ikut serta dalam aksi kekerasan di desa perbatasan Israel, Beeri, yang sepersepuluh penduduknya terbunuh. Orang keempat dituduh berpartisipasi dalam serangan di Reim, lokasi pangkalan militer yang dikuasai dan sebuah pesta pora yang menewaskan lebih dari 360 orang.
Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan Ketua UNRWA Philippe Lazzarini harus mundur. “Pegawai UNRWA ikut serta dalam pembantaian tanggal 7 Oktober,” katanya. Lazzarini harus mengambil kesimpulan dan mengundurkan diri.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menuduh Israel melakukan serangan politik terencana terhadap UNRWA. Israel telah lama mengkritik UNRWA. Shtayyeh meminta agar negara-negara donor kembali mengucurkan dana bantuan ke UNRWA.
Berkas itu ditunjukkan kepada Reuters oleh sumber yang tidak dapat disebutkan namanya atau kebangsaannya. Sumber tersebut mengatakan bahwa laporan itu dikumpulkan oleh intelijen Israel dan dibagikan kepada Amerika Serikat. Berdasarkan dokumen itu, Amerika Serikat pada hari Jumat menangguhkan pendanaan untuk UNRWA.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa 190 orang yang disebutkan dalam dokumen itu adalah “pejuang tangguh dan pembunuh.” Sedangkan secara keseluruhan sekitar 10 persen staf UNRWA diyakini memiliki afiliasi yang lebih umum dengan Hamas dan Jihad Islam.
Badan tersebut mempekerjakan 13.000 orang di Gaza. Lebih dari 10 negara, termasuk donor utama Amerika Serikat dan Jerman, telah menghentikan pendanaan mereka untuk badan tersebut.
REUTERS
Pilihan editor: Geser Elon Musk, Bernard Arnault Jadi Orang Terkaya di Dunia