TEMPO.CO, Jakarta - Para petani di Jerman mengendarai traktor mereka menuju Berlin. Para petani itu bergerak dari seluruh penjuru Jerman pada Minggu, 14 Januari 2024, menjelang protes besar-besaran yang menuntut pemerintah agar mempertimbangkan kembali pengenaan pajak besar ke petani.
Sekitar 3.000 traktor, 2.000 truk dan 10.000 orang diperkirakan memenuhi jalan-jalan di sekitar Gerbang Brandenburg Berlin pada hari Senin. Ribuan petani itu akan berunjuk rasa yang akan mengakhiri seminggu protes terhadap pemerintah.
Protes tersebut telah menambah tekanan pada koalisi Kanselir Olaf Scholz yang sedang berjuang untuk memperbaiki kekacauan anggaran dan membendung kekuatan sayap kanan.
Karena berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, pemerintah telah sepakat untuk tidak menghapuskan potongan pajak untuk kendaraan pertanian baru dan menghapuskan subsidi solar untuk pertanian selama bertahun-tahun.
Namun para petani, dengan dukungan vokal dari oposisi konservatif dan sayap kanan, mengatakan hal ini belum cukup.
“Petani akan mati,” kata petani Karl-Wilhelm Kempner pada hari Minggu saat ia menaiki bus di Cologne menuju demonstrasi. “Masyarakat harus memahami bahwa akan lebih banyak pangan yang diimpor jika subsidi tidak dipulihkan," ujarnya.
Pemerintah menunjukkan sikap berdamai di tengah kekhawatiran bahwa perdebatan politik di Jerman bakal menjadi radika. Demonstrasi oleh petani bisa berujung pada tindak kekerasan.
Menteri Keuangan Christian Lindner akan membahas protes tersebut. Para pemimpin partai koalisi telah mengundang petani untuk berdiskusi.
Gangguan yang disebabkan oleh protes dan pemogokan kereta api pekan lalu merugikan partai-partai koalisi dalam pemil. Hal ini mendorong partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman ke tingkat yang lebih tinggi.
Dalam podcast video pada hari Sabtu, Scholz mengatakan pemerintah telah mendengarkan tuntutan petani dan berkompromi. “Kami telah mempertimbangkan argumen para petani dan merevisi proposal kami. Sebuah kompromi yang baik,” katanya.
REUTERS
Pilihan editor: Hamas Sebut Banyak Sandera Kemungkinan Terbunuh karena Israel