TEMPO.CO, Jakarta - Jerman pada Rabu, 24 April 2024, mengumumkan akan melanjutkan kerja sama dengan badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) setelah sebelumnya menangguhkan pendanaan pada Januari lalu bersama belasan negara pendonor lainnya.
Penangguhan dana secara bersama-sama tersebut menyusul tuduhan Israel ada 12 dari 13 ribu staf UNRWA di Gaza diduga terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas. Tuduhan Israel itu menyebabkan 16 negara, termasuk Amerika Serikat sebagai donor terbesar, menghentikan pendanaan sebesar US$450 juta ke UNRWA. Keputusan itu telah menghambat operasional UNRWA di Palestina saat Israel masih membombardir Gaza.
Sebuah evaluasi yang dipimpin mantan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna terhadap prosedur UNRWA diterbitkan pada Senin lalu. Tinjauan yang dilakukan untuk memastikan kepatuhan UNRWA terhadap prinsip-prinsip netralitas itu juga memberi beberapa rekomendasi. Beberapa di antaranya yaitu UNRWA perlu memperkuat fungsi audit internal dan meningkatkan pengawasan eksternal terhadap manajemen proyek.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pembangunan Jerman mendesak UNRWA untuk segera menerapkan rekomendasi laporan tersebut. “Untuk mendukung reformasi ini, pemerintah Jerman akan segera melanjutkan kerja samanya dengan UNRWA di Gaza, seperti yang telah dilakukan oleh Australia, Kanada, Swedia dan Jepang,” katanya.
Jerman adalah donor terbesar kedua UNRWA, menurut data peringkat donor per 31 Desember 2023. Tercatat, Jerman menyumbang sebesar total AS$212.890.232 kepada badan tersebut, menempatkannya di bawah AS.
Direktur komunikasi UNRWA Juliette Touma mengatakan UNRWA “sangat berterima kasih” atas keputusan negara Eropa tersebut. “Jerman telah menjadi donor yang sangat berkomitmen kepada badan ini,” ujarnya.
Israel hingga sekarang belum memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya terhadap staf UNRWA, menurut hasil tinjauan yang dipimpin Colonna. Israel melayangkan tuduhannya saat itu berdasarkan daftar staf UNRWA yang mereka terima pada Maret lalu, bahwa para staf yang disebutkan merupakan anggota “kelompok-kelompok teroris” Gaza.
Tinjauan tersebut menemukan UNRWA lebih netral dibandingkan kelompok PBB atau lembaga bantuan serupa lainnya. Namun, masih ada “masalah terkait netralitas” misalnya staf yang mengungkapkan pandangan politik mereka secara terbuka.
PBB sedang menyelidiki tuduhan terpisah terhadap 12 staf yang dituduh oleh Israel. Setelah isu ini muncul pada Januari, UNRWA mengatakan pihaknya telah memecat 10 orang yang tidak disebutkan namanya, sedangkan dua lainnya tewas.
Israel kemudian meningkatkan tuduhannya pada Maret, dengan mengatakan bahwa lebih dari 450 staf UNRWA adalah pejuang “kelompok-kelompok teroris” di Gaza. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel menyebut keputusan Jerman “disesalkan dan mengecewakan”. Dia mengatakan Israel telah membagikan informasi rinci tentang “ratusan” staf UNRWA yang merupakan anggota Hamas dan kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ).
Setelah rekomendasi dari kelompok tinjauan keluar, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak semua negara untuk mendukung UNRWA sebagai “jalur penyelamat bagi pengungsi Palestina di kawasan”. Komisioner Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan pada Selasa bahwa UNRWA saat ini memiliki cukup dana untuk membiayai operasi mereka hingga Juni.
UNRWA mempekerjakan 32 ribu orang di wilayah Palestina dan negara-negara sekitarnya, termasuk 13 ribu orang di Jalur Gaza. Sejauh ini UNRWA merupakan lembaga bantuan terbesar, mengelola sekolah dan layanan sosial bagi para pengungsi yang mayoritas adalah warga Gaza.
REUTERS
Pilihan editor: Menhan Rusia Menuduh NATO Kerahkan 33 Ribu Prajurit Dekat Perbatasan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini