Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu, 13 Desember 2024, bersumpah untuk tidak membiarkan kasus tuduhan genosida yang sedang berlangsung di Mahkamah Internasional (ICJ) menghalangi pihaknya melanjutkan perang di Gaza. Baginya, tak ada yang bisa menghentikan Israel.
“Tidak ada yang bisa menghentikan kami, tidak Den Hague (ICJ), tidak poros kejahatan dan tidak ada siapa pun. Penting dan perlu untuk melanjutkan kemenangan dan kami pun akan melakukan itu,” kata Netanyahu.
Kata poros kejahatan pertama kali digunakan dalam sebuah pidato mantan Presiden Amerika Serikat George Bush yang mengacu pada Irak, Iran dan Korea Utara – yang ketika itu diyakini sebagai musuh utama Washington, yang punya senjata pemusnah massal yang pada akhir pada akhirnya hampir semua sekadar mitologis. Masih belum jelas apakah Netanyahu berniat meremehkan Pyongyang. Media milik Pemerintah Korea Utara dalam sebuah editorial yang dipublikasi tak lama setelah serangan pada 7 Oktober 2023 oleh Hamas menolak membenarkan kalau Yerusalem Barat melakukan serangan balasan atas nama membela diri. Sebab Tel Aviv telah melakukan sejumlah tindakan kriminal secara terus-menerus terhadap rakyat Palestina.
Dalam pidato di tempat berbeda, Netanyahu menggunakan istilah poros kejahatan untuk merujuk ke Iran, kelompok Houthi di Yaman, Hezbulloh dan kelompok Hamas – sebuah koalisi longgar yang telah digambarkan sebagai poros kejahatan karena melawan Amerika Serikat dan Israel di kawasan.
Sidang tuduhan genosida pada Israel sudah dimulai pada awal pekan ini yang disidangkan oleh ICJ di Den Hague, Belanda. Gugatan dilayangkan oleh Afrika Selatan, yang menyebut Negeri Bintang Daud tersebut sudah terkait dengan tindakan-tindakan yang ditujukan menimbulkan kehancuran substansial pada sebagian wilayah Palestina, ras dan kelompok etnis.
Yerusalem Barat beralasan Hamas sebenarnya punya niat melakukan genosida terhadap warga negara Israel sehingga Negara itu berhak melakukan upaya ‘pemberantasan’ pada Hamas, yang telah menyebabkan kematian 1.200 warga Israel lewat serangan pada 7 Oktober 2023. Pasukan Israel (Israel Defense Forces) mengakui mereka mendapat perintah menembaki perbatasan Israel kibbutzes dan wilayah padang pasir yang hangat selama Hamas melakukan serangan. Pengakuan ini menaikkan kekhawatiran soal berapa banyak sebenarnya kerugian yang ditimbulkan akibat serangan Hamas dibanding serangan yang dilakukan pasukan Israel lewat tank dan serangan udara.
Sumber: RT.com
Pilihan editor: Survey: Hanya 15 Persen Warga Israel Ingin Benjamin Netanyahu Tetap Menjabat
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini