Menolak Mundur
BNP dan kelompok hak asasi manusia mengatakan pemerintahan Hasina menangkap 10.000 pekerja partai oposisi atas tuduhan yang dibuat-buat menjelang pemilihan umum Minggu.
Hasina menolak tuntutan BNP untuk mengundurkan diri dan mengizinkan pemerintah netral menjalankan pemilu, dan menuduh pihak oposisi menghasut protes anti-pemerintah yang telah mengguncang Dhaka sejak akhir Oktober dan menewaskan sedikitnya 14 orang.
Baik Hasina maupun para pesaingnya menuduh lawan-lawan mereka berusaha menciptakan kekacauan dan kekerasan untuk menggagalkan perdamaian politik dan membahayakan demokrasi yang belum mengakar kuat di negara Asia Selatan yang berpenduduk 170 juta jiwa itu.
Hasina mengatakan dia tidak perlu membuktikan kredibilitas pemilu kepada siapa pun. “Yang penting adalah apakah rakyat Bangladesh mau menerima pemilu ini.”
Para pengkritik mengatakan bahwa 15 tahun terakhir kekuasaannya ditandai dengan pemerintahan yang otoriter, namun Hasina juga dipuji karena mampu membalikkan perekonomian dan industri garmen secara besar-besaran, serta mendapat pujian internasional karena melindungi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di negara tetangga, Myanmar.
Namun perekonomian juga melambat tajam sejak perang Rusia Ukraina mendorong kenaikan harga bahan bakar dan impor makanan, sehingga memaksa Bangladesh tahun lalu meminta dana talangan sebesar $4,7 miliar kepada Dana Moneter Internasional (IMF). Inflasi mencapai 9,5% pada November, salah satu yang tertinggi dalam beberapa dekade.
Mengatasi inflasi akan menjadi tantangan terbesarnya pada masa jabatan berikutnya, sementara fokusnya adalah pada bagaimana ia berupaya menegakkan demokrasi.
REUTERS
Pilihan Editor: Hamas: Tanah Kami Milik Palestina dan Hanya untuk Rakyat Palestina