TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Israel menemukan jenazah tiga sandera di Jalur Gaza dalam operasi yang dilancarkan militer dan badan intelijen Israel Shin Bet pada Kamis malam, 16 Mei 2024. Temuan ini diumumkan oleh Juru bicara militer Daniel Hagari pada Jumat, 17 Mei 2024.
Ketiga jenazah tersebut teridentifikasi sebagai Shani Louk, Amit Buskila dan Yitzhak Gelerenter. Ketiga orang itu, disandera Hamas saat berupaya melarikan diri dari festival musik Nova pada 7 Oktober 2023, dan “jenazah mereka dibawa ke Gaza”. Hagari tidak mengungkap di mana jasad-jasad itu ditemukan.
Pemerintah Israel sebelumnya telah mengonfirmasi kematian Louk, warga negara Jerman-Israel berusia 23 tahun yang bekerja sebagai seniman tato, pada akhir Oktober 2023. Sebuah video yang beredar di media sosial saat itu menunjukkan tubuh setengah telanjangnya disandang di belakang truk pick-up dan diarak melintasi Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia “patah hati” atas kematian para sandera, seraya memuji upaya pasukan Israel untuk memulangkan semua sandera.
“Kami akan mengembalikan semua sandera kami, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal,” katanya dalam pernyataan di media sosial.
Menanggapi pengumuman penemuan jasad tersebut, sayap bersenjata Hamas mengatakan pihaknya “skeptis” terhadap klaim Israel. Kelompok perlawanan itu menambahkan bahwa satu-satunya cara bagi para sandera yang tersisa untuk kembali dalam keadaan hidup adalah melalui gencatan senjata.
“Perlawanan percaya bahwa musuh tidak akan mendapatkan tawanan mereka kecuali sebagai mayat atau melalui kesepakatan pertukaran yang terhormat untuk rakyat kami,” katanya, seperti dikutip oleh Reuters.
Hamas menyerbu wilayah Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang diklaim Israel menewaskan 1.139 orang dan menyandera lebih dari 250 orang lainnya. Tel Aviv lantas melancarkan serangan udara, darat dan laut di Gaza, hingga menewaskan sedikitnya 35.303 orang dan menyebabkan 79.261 lainnya luka-luka, menurut penghitungan Kementerian Kesehatan Gaza.
Kampanye militer Israel telah menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi, menghancurkan wilayah kantong pesisir tersebut dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang meluas. Hagari mengatakan keluarga para sandera telah diberitahu.
“Hati kami tertuju pada mereka, kepada keluarga mereka di masa sulit ini. Kami akan mencoba segala cara, kami akan melakukan segala daya kami untuk menemukan sandera kami dan membawa mereka pulang,” katanya, seperti dikutip dari Sky News.
Keluarga Gelernter, 57 tahun, mengatakan mereka sebelumnya tidak tahu sama sekali tentang nasibnya hingga Jumat, 17 Mei 2024. “Kami berpegang pada harapan dan memiliki keyakinan besar bahwa akhirnya akan berbeda,” kata putrinya, Yarden Pivko, kepada Channel 12 News.
Ayah Louk mengatakan pengembalian jenazah putrinya kembali ke pihak keluarga merupakan sebuah bentuk penyelesaian. Nissim Louk mengatakan kepada surat kabar Israel Haaretz bahwa putrinya memancarkan cahaya padanya dan orang-orang di sekitarnya, dan dalam kematiannya dia masih tetap memancarkan cahaya. Sementara itu, Profesor Hagai Levine, anggota Forum Sandera dan Keluarga Hilang, mengatakan penemuan jenazah adalah “pengingat menyakitkan” bagi mereka yang masih disandera.
“Kami tidak putus asa. Kami sedang mempersiapkan kembalinya para sandera yang masih hidup,” ujarnya.
Sekitar 129 orang sandera masih ditawan di Gaza. Israel dan Hamas mengadakan satu-satunya gencatan senjata pada akhir November lalu, dan 110 sandera Israel dibebaskan dengan imbalan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
REUTERS | SKY NEWS
Pilihan editor: Menantu Donald Trump Ingin Bangun Hotel Mewah di Gedung Bekas Barak Tentara di Serbia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini