TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina pernah bergabung dengan saingannya dalam perjuangan memulihkan demokrasi, tetapi kekuasaannya yang lama ditandai dengan penangkapan para pemimpin oposisi, tindakan keras terhadap kebebasan berpendapat dan penindasan terhadap perbedaan pendapat.
Hasina, 76, memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut dan kelima secara keseluruhan dengan memenangi pemilu Minggu, 7 Januari 2024, yang diboikot oleh oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) untuk kedua kalinya dalam tiga pemilu terakhir.
Putri pendiri Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman, yang memimpin kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan, Hasina beruntung bisa mengunjungi Eropa ketika sebagian besar keluarganya dibunuh dalam kudeta militer pada 1975.
Lahir pada tahun 1947, di barat daya Bangladesh, kemudian Pakistan Timur, Hasina adalah anak tertua dari lima bersaudara. Hasina menyelesaikan kelulusannya dalam Sastra Bengali dari Universitas Dhaka pada tahun 1973 dan memperoleh pengalaman politik sebagai perantara bagi ayahnya dan para pengikut mahasiswanya.
Dia kembali ke Bangladesh dari India, tempat dia tinggal di pengasingan, pada 1981 dan kemudian bergandengan tangan dengan musuh politik Khaleda Zia, ketua Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), untuk memimpin pemberontakan rakyat demi demokrasi yang menggulingkan penguasa militer Hossain Mohammad Irsyad dari kekuasaan pada 1990.
Namun aliansi dengan Zia tidak bertahan lama dan persaingan yang sengit dan mengakar antara kedua perempuan tersebut, yang sering disebut 'pertempuran para begum', terus mendominasi politik Bangladesh selama beberapa dekade.
Hasina pertama kali memimpin partai Liga Awami meraih kemenangan pada tahun 1996, menjalani masa jabatan lima tahun sebelum mendapatkan kembali kekuasaan pada tahun 2009, dan tidak pernah kalah lagi.
Seiring berjalannya waktu, ia menjadi semakin otokratis dan pemerintahannya ditandai dengan penangkapan massal terhadap lawan politik dan aktivis, penghilangan paksa, dan pembunuhan di luar proses hukum.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan akan adanya pemerintahan satu partai oleh Liga Awami pimpinan Hasina.
Zia, yang merupakan mantan perdana menteri, dipenjara pada 2018 atas tuduhan korupsi yang menurut pihak oposisi dibuat-buat. Mantan perdana menteri yang sakit itu diizinkan tinggal di rumah di Dhaka berdasarkan ketentuan khusus sejak pandemi Covid-19 tetapi dilarang melakukan aktivitas politik.
Putra Khaleda, Tarique Rahman, adalah penjabat ketua partai BNP, namun dia berada di pengasingan setelah beberapa tuduhan diajukan terhadapnya. Dia telah menyangkal semuanya. Pemimpin paling senior partai berikutnya, Mirza Fakhrul Islam Alamgir, dan beberapa orang lainnya telah dipenjara sejak protes mematikan pada akhir Oktober.