TEMPO.CO, Jakarta - Perang Hamas vs Israel, yang meluncurkan serangan kejutan pada Sabtu, adalah yang terbaru dari tujuh dekade perang dan konflik Palestina vs Israel yang menarik kekuatan-kekuatan di luar dan menurunkan stabilitas Timur Tengah yang lebih luas.
Akar Konflik
Konflik ini mempertemukan tuntutan Israel akan keamanan di wilayah yang telah lama mereka anggap sebagai wilayah yang bermusuhan dengan aspirasi Palestina untuk memiliki negara mereka sendiri.
Bapak pendiri Israel, David Ben-Gurion, memproklamasikan Negara Israel modern pada 14 Mei 1948, membangun tempat berlindung yang aman bagi orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari penganiayaan dan mencari rumah nasional di tanah yang mereka anggap memiliki ikatan yang erat selama beberapa generasi.
Warga Palestina menyesali pembentukan Israel sebagai hari Nakba, atau malapetaka, yang mengakibatkan perampasan hak milik mereka dan menghalangi impian mereka untuk bernegara.
Perang Besar Setelah Itu
Pada 1967, Israel melakukan serangan pendahuluan terhadap Mesir dan Suriah, melancarkan Perang Enam Hari. Israel telah menduduki Tepi Barat, Yerusalem Timur Arab, yang direbutnya dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan di Suriah sejak saat itu.
Pada 1973, Mesir dan Suriah menyerang posisi Israel di sepanjang Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan, yang memulai Perang Yom Kippur. Israel memukul mundur kedua pasukan tersebut dalam waktu tiga minggu.
Israel menginvasi Lebanon pada 1982 dan ribuan pejuang Palestina di bawah pimpinan Yasser Arafat dievakuasi melalui laut setelah pengepungan selama 10 minggu. Pada 2006, perang kembali meletus di Lebanon ketika militan Hizbullah menangkap dua tentara Israel dan Israel membalas.
Pada 2005 Israel keluar dari Gaza, yang direbutnya dari Mesir pada tahun 1967. Namun Gaza mengalami gejolak besar pada tahun 2006, 2008, 2012, 2014 dan 2021 yang melibatkan serangan udara Israel dan tembakan roket Palestina, dan terkadang juga serangan lintas batas oleh salah satu pihak.
Selain perang, ada dua intifada atau pemberontakan Palestina antara 1987-1993 dan sekali lagi pada tahun 2000-2005. Yang kedua adalah gelombang bom bunuh diri Hamas terhadap warga Israel.
Upaya Perdamaian
Pada 1979, Mesir dan Israel menandatangani perjanjian damai, mengakhiri permusuhan selama 30 tahun. Pada 1993, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan Arafat berjabat tangan mengenai Perjanjian Oslo mengenai otonomi terbatas Palestina. Pada 1994, Israel menandatangani perjanjian damai dengan Yordania.
KTT Camp David 2000 menyaksikan Presiden Bill Clinton, Perdana Menteri Israel Ehud Barak dan Arafat gagal mencapai kesepakatan perdamaian akhir.
Pada 2002, sebuah rencana Arab menawarkan Israel hubungan normal dengan semua negara Arab sebagai imbalan atas penarikan penuh dari wilayah yang mereka rebut dalam perang Timur Tengah tahun 1967, pembentukan negara Palestina dan “solusi yang adil” bagi pengungsi Palestina.
Upaya perdamaian terhenti sejak 2014, ketika perundingan antara Israel dan Palestina di Washington gagal.