TEMPO.CO, Jakarta - Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) telah memperingatkan bahwa upaya Israel untuk membongkarnya sementara bencana kemanusiaan sedang berlangsung di Jalur Gaza yang dibombardir dan dikepung akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan jika berhasil.
Berbicara di Dewan Keamanan PBB pada Rabu, 17 April 2024, Philippe Lazzarini mengatakan bahwa pekerjaan UNRWA sekarang lebih penting dari sebelumnya dan memohon perlindungan.
"Hari ini sebuah kampanye berbahaya untuk mengakhiri operasi UNRWA sedang berlangsung, dengan implikasi serius bagi perdamaian dan keamanan internasional," katanya kepada badan yang beranggotakan 15 negara tersebut dalam sebuah sesi yang diadakan oleh Yordania.
Hal ini, kata Lazzarini, terjadi ketika pengeboman tanpa henti dan "pengepungan tanpa ampun oleh Israel telah mengubah Gaza tanpa bisa dikenali", dengan anak-anak kecil yang sekarat akibat kekurangan gizi dan dehidrasi karena "kelaparan yang dibuat oleh manusia" semakin mengencangkan cengkeramannya di seluruh Jalur Gaza, di mana serangan-serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 33.899 orang sejak 7 Oktober.
"Di seberang perbatasan, makanan dan air bersih menunggu. Namun UNRWA tidak diberi izin untuk menyalurkan bantuan ini dan menyelamatkan nyawa," kata Lazzarini.
"Kemarahan ini terjadi meskipun ada perintah berturut-turut dari Mahkamah Internasional untuk meningkatkan aliran bantuan ke Gaza - yang dapat dilakukan jika ada kemauan politik yang cukup," tambahnya, seraya menyerukan kepada dewan untuk "membuat perbedaan".
Lazzarini mengatakan bahwa sementara permintaan UNRWA untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara berulang kali ditolak, kantor-kantornya dan para pegawainya di Gaza menjadi sasaran serangan, dengan total 178 personel UNRWA terbunuh sejak dimulainya perang.
Penjelasan ini diadakan saat UNRWA menghadapi tekanan atas tuduhan Israel bahwa 12 anggota stafnya berpartisipasi dalam serangan yang dipimpin oleh kelompok Palestina Hamas di dalam wilayah Israel pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.100 orang, dan sejumlah negara Barat telah memotong dana untuk badan tersebut.
"Hingga hari ini, Israel belum memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut baik kepada kepala UNRWA maupun sekretaris jenderal PBB," kata Gabriel Elizondo dari Al Jazeera, yang melaporkan dari markas besar PBB di New York.
"Namun demikian, sekretaris jenderal telah memerintahkan dua investigasi atas masalah ini. Salah satunya telah selesai dan hasilnya diharapkan akan diumumkan kepada publik pada Senin," tambahnya.
Banyak negara, terutama Amerika Serikat sebagai donor terbesar, belum mengembalikan pendanaan UNRWA selama apa yang disebut Lazzarini sebagai "perubahan seismik" di Timur Tengah.