Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

12 Juli Diperingati Sebagai Hari Malala, Berikut Kilas Balik Penetapannya oleh PBB

image-gnews
Malala Yousafzai dinobatkan menjadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Termuda sekaligus pemenang Hadiah Nobel Termuda oleh Guinnes World Records. Pada 2014, Malala memeroleh penghargaan Nobel tersebut ketika dirinya berusia 17 tahun. REUTERS
Malala Yousafzai dinobatkan menjadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Termuda sekaligus pemenang Hadiah Nobel Termuda oleh Guinnes World Records. Pada 2014, Malala memeroleh penghargaan Nobel tersebut ketika dirinya berusia 17 tahun. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini 12 Juli merupakan hari spesial bagi wanita dan aktivis pendidikan, Malala Yousafzai dan tanggal kelahiran wanita asal Pakistan tersebut bahkan diabadikan oleh PBB sebagai Hari Malala.  

Bagaimanakah awal mula penetapan Hari Malala tersebut?  

Siapakah Malala?

Malala Yousafzai lahir di Mingora, Pakistan pada 12 Juli 1997. Ia merupakan warga negara pakistan dan seorang aktivis yang memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan.  

Melansir dari laman resmi United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Malala Yousafzai menjadi simbol internasional perjuangan untuk pendidikan anak perempuan setelah dia ditembak pada 2012 karena menentang pembatasan Taliban terhadap pendidikan perempuan di negara asalnya, Pakistan.  

Pada 2009, Malala mulai menulis blog dengan nama samaran tentang meningkatnya aktivitas militer di kota asalnya dan tentang ketakutan sekolahnya akan diserang. Setelah identitasnya terungkap, Malala dan ayahnya, Ziauddin Yousafzai, terus menyuarakan hak atas pendidikan. 

Serangan Taliban terhadap Malala pada 9 Oktober 2012 saat dia pulang dari sekolah bersama teman-temannya mendapat kecaman dari seluruh dunia. Di Pakistan, lebih dari 2 juta orang menandatangani petisi hak atas pendidikan, dan Majelis Nasional meratifikasi RUU Hak atas Pendidikan Wajib dan Gratis yang pertama di Pakistan. 

Pada 2013, Malala dan ayahnya ikut mendirikan Malala Fund untuk menyadarkan dampak sosial dan ekonomi dari pendidikan anak perempuan dan memberdayakan anak perempuan untuk menuntut perubahan. Pada Desember 2014, ia menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian termuda. Sekretaris Jenderal António Guterres menunjuk Malala sebagai Utusan Perdamaian PBB pada tahun 2017 untuk membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan anak perempuan. 

Penetapan Hari Malala oleh PBB

Disarikan dari sejumlah sumber, Malala Day dirayakan pada 12 Juli 2013 oleh PBB. Acara tersebut meminta para pemimpin dunia untuk memastikan pendidikan gratis dan wajib bagi anak-anak di seluruh dunia.  

Mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown berpidato dalam pertemuan tersebut dalam kapasitasnya sebagai Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam pidatonya, Malala berbicara tentang perlunya akses pendidikan perempuan di seluruh dunia. “Saudara-saudara terkasih, ingatlah satu hal. Hari Malala bukanlah hari saya. Hari ini adalah hari bagi setiap perempuan, setiap laki-laki dan perempuan, yang menyuarakan hak-hak mereka," kata buah hati pasangan Ziauddin Yousafzai dan Toor Pekai Yousafzai itu dalam pidatonya. 

Berbicara tentang insiden penembakan, dia mengatakan bahwa Taliban berharap untuk membungkamnya dengan peluru. “Tapi tidak ada yang berubah dalam hidup saya kecuali ini. Kelemahan, ketakutan, dan keputusasaan mati, kekuatan, kekuatan, dan keberanian lahir” katanya yang kemudian disambut tepuk tangan meriah dari hadirin pertemuan tersebut. 

Penerima Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai berbicara dengan sejumlah siswa di sekolah menengah Nasib saat kunjungannya di kamp pengungsian Dadaab, dekat perbatasan antara Kenya-Somalia, 12 Juli 2016. Malala sekaligus meraykan ulang tahunnya ke-19 bersama dengan para pengungsi. REUTERS/Thomas Mukoya

Meskipun ia dan teman-temannya menerima kekerasan dari Taliban, Malala mengatakan bahwa dirinya tidak membenci Taliban. “Saya bahkan tidak membenci Thalib yang menembak saya. Bahkan jika ada pistol di tanganku dan dia berdiri di depanku, saya tidak akan menembaknya” ujar wanita yang kini berusia 15 tahun tersebut.  

“Ini adalah welas asih yang saya pelajari dari Muhammad, Yesus Kristus dan Sang Buddha. Inilah warisan perubahan yang saya warisi dari Martin Luther King, Nelson Mandela, dan Muhammad Ali Jinnah” tambahnya. Menurut Malala, filosofi non-kekerasan juga dipelajarinya dari Gandhi Jee, Bacha Khan dan Bunda Teresa.  

Tidak hanya itu, sifat mulianya itu juga diajarkan dari Ayah dan Ibunya. “Dan inilah pengampunan yang ia pelajari dari ibu dan ayah saya. Inilah yang jiwaku katakan padaku, jadilah damai dan cintai semua orang,” tutur pasangan dari Asser Malik tersebut. Begitulah Hari Malala bukan sekedar ulang warsa seseorang semata.

UN.ORG | MALALA.ORG | CNBCTV
Pilihan editor : 25 Tahun Malala Yousafzai, Hak Perempuan Taliban dan Nobel Perdamaian

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

1 hari lalu

Militer Israel beroperasi di Penyeberangan Rafah sisi Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Jalur Gaza selatan, dalam tangkapan layar yang diambil dari video selebaran yang dirilis pada 7 Mei 2024. Israel Defense Forces/Handout via REUTERS
Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza


Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 hari lalu

Pengungsi Palestina melarikan diri dari Rafah setelah militer Israel mulai mengevakuasi warga sipil dari bagian timur kota Gaza selatan, menjelang ancaman serangan, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di selatan Gaza Strip 6 Mei 2024. Militer Israel melakukan serangan yang ditargetkan dengan sasaran kelompok Islam Hamas di bagian timur kota Rafah. REUTERS/Ramadhan Abed
Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina


Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

1 hari lalu

Kandidat presiden Rusia dan Presiden petahana Vladimir Putin berbicara setelah TPS ditutup, di Moskow, Rusia, 18 Maret 2024. Komisi Nasional Pemilu Rusia (CEC), suara pemilih yang terkumpul mencapai 72,22 persen, naik dari pemilu 2018 sebesar 67,5 persen. REUTERS/Maxim Shemetov
Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.


Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

2 hari lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.


Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

4 hari lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan di Turki, 1 Mei 2024. Sumber: dokumen Kementerian Luar Negeri RI
Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel


Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

4 hari lalu

Balita Palestina Leila Jeneid, yang menderita kekurangan gizi parah, menerima perawatan di Rumah Sakit Kamal Adwan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza di mana kekurangan makanan dan nutrisi penting telah menjadi perjuangan kolektif di daerah kantong tersebut, di Jalur Gaza utara, 26 Maret 2024. REUTERS/Osama Abu Rabee
Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

5 hari lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

5 hari lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.


Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

5 hari lalu

Suasana pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang konflik antara Israel dan Hamas di markas besar PBB di New York, AS, 16 Oktober 2023. REUTERS/Andrew Kelly
Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.


PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

5 hari lalu

Anak-anak Palestina bermain di tengah reruntuhan taman yang hancur akibat serangan militer Israel, saat Idul Fitri, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 11 April 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980