Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarah Panjang Sudan: dari Masa Firaun sampai Kudeta Tak Berkesudahan

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

image-gnews
Pendukung tim sepak bola perempuan di stadion Khartoum, Sudan, September 2019. REUTERS
Pendukung tim sepak bola perempuan di stadion Khartoum, Sudan, September 2019. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran antara tentara Sudan dan pasukan paramiliter RSF terus berkecamuk di negeri Afrika utara ini sejak pertengahan April 2023. Kedua seteru sama-sama mengabaikan gencatan senjata yang telah mereka sepakati ditengahi Amerika Serikat dan Arab Saudi.

Negeri di Afrika utara ini memang tidak lepas dari konflik. Sejarah Sudan bisa dirunut dari masa firaun. Sudan berpenduduk 49 juta jiwa dengan luas negara 1.886.068 km persegi.

Di masa moderen setelah lepas dari penjajahan Inggris, negara ini akhirnya pecah pada 2011 setelah Sudan selatan memilih merdeka. Bagian selatan negeri ini dihuni mayoritas penduduk beragama Kristen dan kepercayaan asli, sedangkan sisi utara berpenduduk mayoritas Muslim.

Sudan modern tidak lepas dari kudeta. Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan adalah pemimpin militer Sudan saat ini, yang mengambil alih kekuasaan setelah kudeta militer pada April 2019 menggulingkan Omar al-Bashir.

Namun Dewan Kedaulatan militer dan sipil yang didirikan tidak berjalan mulus. Militer memecat menteri sipil dalam kudeta Oktober 2021, tetapi memulihkan Perdana Menteri Abdalla Hamdok setelah protes selama sebulan.  

Protes di seluruh negeri terhadap kerja sama Hamdok dengan militer membuat PM mundur secara permanen pada 2022. Militer gagal membentuk pemerintahan sipil dan terakhir terjadi perebutan kekuasaan dengan kelompok paramilier.

Sejarah Sudan: 

2500-1500 SM - Kerajaan Kerma, berbasis di bagian selatan Nubia, sekarang Sudan utara dan tengah. Akhirnya jatuh ke Kerajaan Baru Mesir.

1550-1069 SM - Sebagian besar Sudan adalah bagian dari Kerajaan Baru Mesir.

1070 SM - 350 - Setelah akhir Zaman Perunggu, runtuhnya peradaban di Mediterania timur, Kerajaan Kush muncul sebagai negara Nubia yang berpusat di pertemuan sungai Nil Biru dan Nil Putih.

350-1500 - Muncul kerajaan Kristen abad pertengahan: Nobatia, Makuria, Alodia, dan Daju.

639-641 - Muslim Arab menaklukkan Bizantium Mesir dan kemudian berusaha menyerang Nubia tetapi dikalahkan.

Abad ke-14 dan ke-15 - Suku Badui menguasai sebagian besar Sudan.

1504-1821 - Kesultanan Sennar atau Kesultanan Biru, berpusat di Sudan, Eritrea barat laut, dan Ethiopia barat.

1821 - Penguasa Ottoman Mesir, Muhammad Ali dari Mesir, menaklukkan Sudan utara. Meskipun secara teknis berada di bawah Kekaisaran Ottoman, Muhammad Ali menyebut dirinya sebagai Khedive dari Mesir yang hampir merdeka.

1881- Muhammad Ahmad, Sang Mahdi atau Yang Terbimbing, memimpin perang yang sukses melawan pemerintahan militer Ottoman-Mesir di Sudan.

1884-85 - Pengepungan Khartoum. Gubernur yang ditunjuk Inggris, Jenderal Gordon terbunuh ketika kota itu jatuh ke tangan pasukan Mahdi.

1885 - Muhammad Ahmad meninggal.

1890-an - Inggris berusaha membangun kembali kendali mereka atas Sudan,  atas nama Khedive Mesir, tetapi pada kenyataannya sebagai koloni Inggris. Inggris khawatir kekuatan kolonial lainnya akan memanfaatkan ketidakstabilan Sudan untuk memperoleh wilayah yang sebelumnya dianeksasi ke Mesir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1896-98 - Kitchener memimpin kampanye militer, yang berpuncak pada kemenangan yang menentukan di Pertempuran Omdurman pada bulan September 1898.

1899-1955 - Sudan berada di bawah pemerintahan bersama Inggris-Mesir. Pada kenyataannya, Sudan secara efektif dikelola sebagai koloni Inggris.

1952 - Revolusi Mesir memicu gerakan menuju kemerdekaan Sudan. Mesir dan Inggris mengizinkan kedua wilayah Sudan, utara dan selatan, untuk memilih kemerdekaan.

1956 - Sudan merdeka.

1955-1972 - Perang Saudara Sudan Pertama, antara utara dan selatan atas tuntutan otonomi daerah yang lebih besar oleh wilayah selatan. Sekitar 500.000 diperkirakan tewas. Perjanjian perdamaian tahun 1972 gagal menghilangkan ketegangan secara memuaskan.

1969 - Kolonel Gaafar Nimeiry melakukan kudeta. Parlemen dan partai politik dibubarkan.

1977 - Pluralisme politik terbatas diperkenalkan

1983 - Nimeiry memperkenalkan hukum Syariah Islam.

1983-2005 - Perang Saudara Sudan Kedua. Antara pemerintah pusat Sudan dan Tentara Pembebasan Rakyat Sudan. Sebagian besar merupakan kelanjutan dari perang saudara pertama. Perang berujung pada kemerdekaan Sudan Selatan pada 2011. Sekitar dua juta orang tewas akibat perang, kelaparan, dan penyakit.

1989 - Kolonel Omar al-Bashir melakukan kudeta militer. Al-Bashir mengangkat dirinya sebagai presiden pada 1993

2003-2020 - Perang di Darfur antara Gerakan Pembebasan Sudan (SLM) dan Gerakan Keadilan dan Kesetaraan (JEM) kelompok pemberontak melawan pemerintah, yang menurut mereka menindas penduduk non-Arab di Darfur. Pemerintah menanggapi dengan kampanye pembersihan etnis terhadap orang-orang non-Arab di Darfur. PBB memperkirakan hingga 300.000 tewas dalam pertempuran itu.

2009 - Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Bashir atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang berkaitan dengan konflik di Darfur.

2011 - Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan setelah perang bertahun-tahun dengan pemerintah pusat di Khartoum.

2019 - Bashir digulingkan setelah pemberontakan. Ini diikuti oleh periode ketegangan yang meningkat antara tentara dan politisi sipil selama transisi ke pemerintahan demokratis.

2023 - Setelah protes terhadap militer, pertempuran meletus pada 15 April antara tentara yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala dewan penguasa Sudan, dan paramiliter RSF, yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, yang adalah Wakil Burhan di dewan.

BBC | REUTERS

Pilihan editor Serangan Drone ke Kremlin: Rusia Kebobolan atau Hanya demi Dukungan Domestik?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

14 jam lalu

Anak-anak bermain dengan senjata anti-serangan pesawat udara  di Leer town, Sudan Selatan (8/5). Pemandangan memilukan seperti mayat-mayat di sumur, rumah-rumah dibakar, dan balita yang kelaparan terlihat di kawasan Leer ini.   (AP Photo/Josphat Kasire)
OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.


Mengenal Joe Alwyn Aktor Inggris yang Menyerukan Gencatan Senjata di Palestina

3 hari lalu

Joe Alwyn. Thehollywodreporter.com
Mengenal Joe Alwyn Aktor Inggris yang Menyerukan Gencatan Senjata di Palestina

Joe Alwyn tergabung dalam Artist4Ceasefire yang menyerukan gencatan senjata di Palestina


PM Qatar Sebut Negosiasi Gencatan Senjata Buntu setelah Serangan Israel di Rafah

3 hari lalu

Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani. REUTERS/Ibraheem Al Omari/
PM Qatar Sebut Negosiasi Gencatan Senjata Buntu setelah Serangan Israel di Rafah

Perdana Menteri Qatar mengatakan negaranya akan terus melakukan mediasi antara Hamas dan Israel.


Bertahan selama Perang Gaza, Yahya Sinwar Menjadi Simbol Kegagalan Israel

5 hari lalu

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan memegang foto pemimpin kelompok Islam Palestina Hamas di Gaza Yahya Sinwar, saat ia berbicara kepada para delegasi di Majelis Umum PBB sebelum memberikan suara pada rancangan resolusi yang akan mengakui Palestina memenuhi syarat untuk menjadi anggota penuh. Anggota PBB, di New York City, AS 10 Mei 2024. REUTERS/Eduardo Munoz
Bertahan selama Perang Gaza, Yahya Sinwar Menjadi Simbol Kegagalan Israel

Menurut lawan dan musuhnya, Yahya Sinwar telah muncul tidak hanya sebagai pemimpin yang berkemauan keras, namun juga sebagai negosiator yang cerdik.


Recep Tayyip Erdogan Menilai Amerika Serikat dan Eropa Masih Kurang Tegas terhadap Israel

5 hari lalu

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, melambaikan tangannya kearah penonton usai bermain pada pertandingan eksebisi di Stadion Basaksehir, Istanbul (27/7). OZAN KOSE/AFP/Getty Images
Recep Tayyip Erdogan Menilai Amerika Serikat dan Eropa Masih Kurang Tegas terhadap Israel

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengkritik respons Amerika Serikat dan Eropa masih kurang tegas terhadap Israel.


Televisi Belgia Boikot Kontestan Israel di Eurovision

7 hari lalu

Televisi VRT Belgia menghentikan siaran Kontes Lagu Eurovision untuk menyerukan gencatan senjata di Gaza. Istimewa
Televisi Belgia Boikot Kontestan Israel di Eurovision

Stasiun televisi Belgia VRT menghentikan siaran kontes lagu Eurovision untuk mengutuk pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel di Gaza


Top 3 Dunia; Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas Gagal Lagi

7 hari lalu

Warga Palestina melakukan perjalanan dengan truk saat mereka melarikan diri dari Rafah setelah pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur kota Gaza selatan, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 8 Mei 2024. REUTERS/Hatem Khaled
Top 3 Dunia; Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas Gagal Lagi

Top 3 dunia pada 10 Mei 2024 didominasi berita soal perang Gaza, di mana kesepakatan gencatan senjata lagi-lagi gagal tercapai.


Gedung Putih Yakin Menyerang Rafah Tak Akan Membuat Kemajuan Apapun

8 hari lalu

Seorang anak Palestina melihat lokasi serangan Israel di sebuah rumah yang hancur, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 5 Mei 2024. Otoritas Palestina mengatakan bahwa lebih dari 15.000 anak terbunuh di Jalur Gaza sejak awal operasi militer Israel pada 7 Oktober 2023. REUTERS/Hatem Khaled
Gedung Putih Yakin Menyerang Rafah Tak Akan Membuat Kemajuan Apapun

Joe Biden sangat yakin operasi militer di Rafah oleh tentara Israel tidak akan membuat kemajuan apapun dalam memerangi kelompok Hamas


Perundingan Gencatan Senjata Gagal, Israel Lancarkan Serangan ke Rafah Timur

8 hari lalu

Asap mengepul setelah serangan Israel ketika pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 7 Mei 2024. REUTERS/Hatem Khaled
Perundingan Gencatan Senjata Gagal, Israel Lancarkan Serangan ke Rafah Timur

Israel menyerang Rafah timur ketika perundingan gencatan senjata dengan Hamas tak kunjung mencapai kesepakatan.


Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Gagal, Hamas: Kendali Kini di Tangan Israel

8 hari lalu

Asap mengepul setelah serangan Israel ketika pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 7 Mei 2024. Sejumlah tank Israel juga terlihat mengelilingi kota Rafah. REUTERS/Hatem Khaled
Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Gagal, Hamas: Kendali Kini di Tangan Israel

Delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo setelah perundingan gencatan senjata dengan Israel gagal