TEMPO.CO, Jakarta - Burkina Faso telah memutuskan untuk mengakhiri perjanjian militer yang memungkinkan pasukan Prancis memerangi gerilyawan di wilayahnya. Pemerintah Burkina Faso menyatakan pihaknya ingin mempertahankan diri secara mandiri, di tengah kekhawatiran Paris atas Moskow di negara bekas jajahannya itu.
Baca: Perempuan Korban Penculikan di Burkina Faso Ungkap Momen Saat Melarikan Diri
Stasiun televisi nasional melaporkan pada Sabtu, 21 Januari 2023, bahwa pemerintah telah menangguhkan perjanjian militer 2018 dengan Paris pada 18 Januari. Pemerintah memberi Prancis satu bulan untuk menarik pasukannya keluar.
"Pada tahap saat ini, kami tidak melihat cara yang lebih jelas dari ini," kata juru bicara pemerintah Rimtalba Jean Emmanuel Ouedraogo, berbicara di televisi nasional.
Ouedraogo mengatakan keputusan itu tidak terkait dengan peristiwa tertentu, tetapi itu adalah aturan normal bagi Prancis untuk menyerahkan tanggung jawab kepada Burkina Faso untuk pertahanannya sendiri. Dia menambahkan, batas waktu satu bulan adalah bagian dari perjanjian militer.
"Ini bukan akhir dari hubungan diplomatik antara Burkina Faso dan Prancis," kata Ouedraogo seraya menambahkan bahwa negaranya masih menginginkan dukungan berupa peralatan militer.
Negara yang terletak di Afrika Barat itu menghadapi pemberontakan militan oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan al Qaeda dan ISIS. Kelompok itu mengambil alih sebagian besar tanah dan membuat jutaan orang mengungsi di wilayah Sahel yang lebih luas, tepat di selatan Sahara.
Otoritas Prancis belum memberikan komentar mengenai masalah ini. Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu, 22 Januari 2022, mengatakan dia sedang menunggu klarifikasi dari Presiden transisi Burkina Faso Ibrahim Traore tentang keputusan tersebut.
Pasukan Prancis ditarik dari negara tetangga Mali tahun lalu, mengakhiri perang selama satu dekade melawan gerilyawan, setelah hubungan kedua negara memburuk. Burkina Faso dan Mali diperintah oleh junta militer yang merebut kekuasaan secara paksa dalam dua tahun terakhir.
Mereka berjanji untuk meningkatkan keamanan dan membakar hubungan dengan sekutu tradisional mereka. Macron menuduh Rusia memiliki pengaruh "predator" di negara-negara Afrika yang bermasalah, sebab Prancis telah melihat pengaruhnya sendiri terhadap bekas jajahannya berkurang.
Keberangkatan tentara Prancis dari Mali diakhiri dengan keputusan junta untuk menyewa tentara bayaran Rusia untuk membantunya melawan pemberontak, sebuah langkah yang dikutuk keras oleh negara-negara Barat. Burkina Faso tidak membenarkan atau membantah laporan baru-baru ini bahwa mereka juga telah memutuskan untuk mempekerjakan kelompok Wagner Rusia.
Simak: 50 Perempuan di Burkina Faso Diculik Militan saat Memetik Buah
REUTERS