TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok militan diduga terafiliasi Al Qaeda menculik sekitar 50 wanita yang sedang mencari makanan di Provinsi Soum, Burkina Faso. Pemerintah di negara Afrika Barat itu, mengumumkan, serangan terjadi pada 12 dan 13 Januari 2023.
Penculikan wanita tersebut dilakukan sejumlah pria bersenjata saat mereka sedang memetik buah liar di luar desa Liki, sekitar 15 kilometer dari kota Aribinda, dan di lokasi lain di distrik yang sama.
"Pencarian telah dimulai dengan tujuan untuk menemukan semua korban yang tidak bersalah ini dalam keadaan aman dan sehat," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan di Ouagadougou pada Senin, 16 Januari 2023.
Penculikan massal itu adalah yang pertama dalam pemberontakan yang menyebar ke Burkina Faso dari negara tetangga Mali pada 2015, meskipun ada upaya militer internasional melawannya.
Biasanya sasaran penculikan adalah orang Barat atau pria lokal. Penculikan massal semacam ini banyak dilakukan di Nigeria oleh pemberontakan Boko Haram.
Baca Juga:
Kerabat korban mengatakan kepada Reuters, para wanita itu menjelajahi semak-semak untuk mencari makanan karena kekurangan bahan makanan. Mereka mencari buah, daun dan biji yang digiling menjadi bubuk untuk anak-anak.
Pemberontak memblokade bagian utara yang gersang dalam beberapa bulan terakhir, sehingga menyebabkan kekurangan pangan akut. Lusinan tentara tewas pada September ketika gerilyawan menyerang konvoi 150 kendaraan yang membawa pasokan ke kota utara Djibo, ibu kota Soum.
“Perempuan bisa berjalan sejauh 4 kilometer (ke semak-semak) untuk mencari makan,” kata seorang warga desa di Aribinda yang tidak mau disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Penduduk desa menambahkan bahwa orang-orang itu biasanya takut untuk pergi jauh dari rumah mereka karena takut ditembak oleh militan.
Burkina Faso adalah salah satu dari beberapa negara di Afrika Barat yang berjuang melawan pemberontakan oleh militan terkait al Qaeda dan ISIS yang telah merebut wilayah luas selama dekade terakhir.
Ribuan orang terbunuh dan lebih dari 2,7 juta orang mengungsi di seluruh Sahel. Menurut PBB, ketidakamanan telah memengaruhi pertanian dan berkontribusi pada meningkatnya tingkat kelaparan.
Frustrasi atas kegagalan pihak berwenang untuk memulihkan keamanan dan melindungi warga sipil menjadi faktor penyebab dua kudeta militer di Burkina Faso tahun lalu.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan sangat prihatin dengan penculikan para wanita tersebut. "Mereka yang diculik harus segera dikembalikan dengan selamat kepada orang yang mereka cintai dan tanpa syarat, dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban sepenuhnya sesuai hukum," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan.
REUTERS