TEMPO.CO, Jakarta - Seorang perempuan muda di Burkina Faso berhasil melarikan diri dari kelompok bersenjata yang menculiknya bersama puluhan wanita lain pada sekitar pekan lalu. Duri dan batu yang menancap kakinya tidak menghentikan upaya perempuan muda itu kabur melalui semak-semak dengan bayi diikat ke punggungnya.
Otoritas Burkina Faso mengatakan ada sekitar 50 perempuan diculik pada 12 dan 13 Januari di distrik Arbinda, Provinsi Soum yang bergolak. Langkah itu diyakini sebagai sebuah taktik baru oleh gerilyawan yang serangan brutalnya merusak negara di Afrika Barat itu. Perempuan yang identitasnya tidak dipublikasi itu menceritakan para militan memaksa para sanderanya untuk berjalan melewati semak-semak sepanjang hari.
"Keesokan paginya mereka mengumpulkan kami lagi... Pada saat itulah beberapa dari kami memutuskan untuk mengambil risiko. Mereka yang beruntung, berhasil melarikan diri," kata perempuan, 20 tahun di Ouagadougou, Rabu, 18 Januari 2023. Dia meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan keselamatannya
Perempuan itu saat ini sudah pulang ke rumahnya di kota Arbinda bersama dengan beberapa lainnya yang juga berhasil melarikan diri. Dia mengatakan, ibunya yang berusia 40 tahun masih berada di tangan para militan.
Korban selamat lainnya, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters kalau para penculik mengumpulkan perempuan ke dalam kelompok dan meminta mereka pura-pura menggembalakan domba yang dicuri untuk menyamarkan apa yang terjadi.
"Saya berhasil bersembunyi di jurang dengan yang (wanita) lain. Kami kembali ke desa saat malam tiba. Yang lain kembali keesokan paginya," kata perempuan kedua.
Baca juga:Mendag Zulhas Dorong Retail Asal Indonesia Masuk Arab Saudi: Masak Asing Saja yang Buka di Sini
Dia menceritakan ada laki-laki tak dikenal sempat melepaskan tembakan dan kemudian menutupnya padanya saat dia menjelajahi semak-semak untuk mencari makanan.
Penculikan massal itu adalah yang pertama dalam pemberontakan yang menyebar ke Burkina Faso dari negara tetangga di Mali pada 2015, meskipun ada upaya militer internasional melawannya. Biasanya sasaran penculikan adalah orang WNA atau laki-laki lokal. Penculikan massal semacam ini banyak dilakukan di Nigeria oleh pemberontakan Boko Haram.
Para pengunjuk rasa di Arbinda pada Senin, 16 Januari 2023, meminta pihak berwenang mengirim lebih banyak makanan. Mereka yang berhasil melarikan diri, ikut dalam demonstrasi tersebut.
"Saat saya memikirkan yang lain... saya tidak bisa tidur. Saya tidak tahu bagaimana nasib mereka. Akankah mereka selamat?," kata salah satu dari mereka.
Burkina Faso adalah satu dari beberapa negara di Afrika Barat yang berjuang melawan pemberontakan oleh militan terkait al Qaeda dan ISIS yang telah merebut wilayah luas selama dekade terakhir.
Ribuan orang terbunuh dan lebih dari 2,7 juta orang mengungsi di seluruh Sahel. Menurut PBB, ketidakamanan telah memengaruhi pertanian dan berkontribusi pada meningkatnya angka kelaparan.
Frustrasi atas kegagalan pihak berwenang untuk memulihkan keamanan dan melindungi warga sipil menjadi faktor penyebab dua kudeta militer di Burkina Faso tahun lalu.
REUTERS
Baca juga: Arab Saudi Habiskan Insentif Rp21 Triliun untuk Dorong Peralatan Militer Buatan Lokal
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.