TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri China Wang Yi memberi isyarat bahwa Beijing akan memperdalam hubungan dengan Rusia tahun depan. Beijing juga secara tegas menyatakan akan mempertahankan posisi negaranya dalam perang di Ukraina.
Baca: Di Hari Natal, Rusia Menghujani 45 Kota Ukraina dengan Rudal
Saat konferensi di Beijing, Wang mengatakan bahwa China akan memperdalam rasa saling percaya strategis dan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Rusia.
"Sehubungan dengan krisis Ukraina, kami telah secara konsisten menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar objektivitas dan ketidakberpihakan, tanpa memihak salah satu pihak, atau menambahkan bahan bakar ke dalam api, apalagi mencari keuntungan egois dari situasi tersebut," kata Wang, menurut teks resmi sambutannya, dikutip dari The Independent, Senin, 26 Desember 2022.
Posisi China di perang Ukraina memberikan kesan yang ambigu bagi Barat, pihak yang sangat mendorong Kyiv untuk bertahan dan mengecam dengan keras agresi Rusia. Beijing dan Moskow menyatakan punya hubungan tanpa batas, seperti diungkap kedua pihak di awal 2022, sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Penolakan China untuk mengutuk invasi ke Ukraina dan bergabung dengan yang lain dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, telah semakin merusak hubungan dan memicu perpecahan yang muncul dengan sebagian besar Eropa.
Kendati demikian, China cukup menjaga jarak dan tidak mau membantu Moskow secara militer. Beijing juga mengkhawatirkan penggunaan senjata nuklir dalam perang, walau di sisi lain, Rusia dan China juga melihat ada musuh bersama yaitu Amerika Serikat.
Dalam kesempatan yang sama, Wang menyalahkan Washington atas memburuknya hubungan antara pihaknya dan Amerika Serikat. Dia mengatakan bahwa Beijing dengan tegas menolak kebijakan Amerika Serikat yang keliru mengenai China di sektor perdagangan, teknologi, hak asasi manusia, dan klaimnya atas wilayah luas Pasifik barat.
Pada September tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin memberi tanda ada gesekan dalam hubungan Rusia dengan China. Dia secara terbuka mengakui Beijing memiliki "pertanyaan dan kekhawatiran" tentang operasi militer Moskow di Ukraina.
Pemimpin Rusia menyalahkan negara-negara Barat atas operasi militernya ke Ukraina. Keadaan ini mendorong dia mencari aliansi di luar Eropa dan Amerika Serikat.
Putin dan Presiden China Xi Jinping diagendakan untuk berkomunikasi pada akhir tahun ini. Dalam pengarahan harian dengan wartawan pada Selasa malam, 13 Desember 2022, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Xi dan Putin terus berkomunikasi.
"Kami sedang mempersiapkan untuk melanjutkan komunikasi ini. Kami akan memberi tahu Anda secara tepat waktu kapan dan bagaimana kontak di masa depan akan dilakukan," ujar Peskov menambahkan.
Simak: Covid Membludak, China Minta Warganya Donorkan Darah
THE INDEPENDENT | REUTERS