TEMPO.CO, Jakarta - Iran sedang menjadi sorotan internasional karena beberapa kasus di negara itu, yakni gelombang unjuk rasa yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini dan dugaan keterlibatan Iran dalam perang Ukraina.
Ketua MPR Iran bidang Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Abolfazl Amoui prihatin banyak pemberitaan mengenai isu-isu tersebut yang salah dipahami. Berbeda dengan laporan-laporan Barat mengenai gelombang protes yang dipicu oleh kematian Amini, Iran menganggap peristiwa itu sudah berlalu. Tidak ada kemungkinan revolusi karena aksi tersebut makin surut.
Berikut wawancara lengkap Tempo dengan Abolfazl di Jakarta Selatan, Senin, 24 Oktober 2022.
Protes yang dipacu oleh kematian Mahsa Amini masih terus berlangsung, bagaimana Anda menjelaskan ini? Apakah ada potensi revolusi?
Yang kami lakukan adalah berusaha membedakan antara protes dan aksi damai serta kerusuhan dan kekacauan. Protes dan aksi damai memang merupakan hak bagi masyarakat menurut undang-undang Iran, dan masyarakat memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi mereka melalui protes dan aksi damai di beberapa bentuk dari keputusan negara.Ketika keamanan umum terganggu, saya rasa tidak ada negara di dunia yang akan diam.
Baca juga: 80 Ribu Warga Jerman Gelar Solidaritas untuk Mahsa Amini di Berlin
Setelah beberapa minggu dengan adanya kejadian ini, keamanan dan kedamaian di Iran sudah terlaksana secara sempurna, dan jika ada pihak yang ingin menyampaikan protes, bisa menyampaikannya dengan aksi damai. Analisa umum saya menyatakan bahwa, ini hanya merupakan sebuah aksi protes dan jauh dari revolusi. Sebab jumlah mereka sangat sedikit dibandingkan dengan masyarakat Iran yang berjumlah 85 juta jiwa.
Meninggalnya Amini dan insiden ini memang sangat menyedihkan bagi Republik Islam Iran. Ini juga menimbulkan pertanyaan dari berbagai pejabat di Iran, sehingga Presiden Iran, Ketua Parlemen Iran memerintahkan dilakukannya investigasi secara independen. Parlemen Iran pun telah membentuk sebuah kelompok independen yang melakukan investigasi secara mandiri.
Kelompok yang saya sebutkan memiliki akses ke sumber terbuka dan juga kepada data dari kepolisian forensik di Iran. Disebutkan bahwa tidak terjadi aksi pemukulan maupun kekerasan terhadap Amini dan pihak-pihak yang menyaksikan dan melihat tubuh dari Mahsa Amini bisa konfirmasi hal tersebut.
Yang terjadi adalah Amini dalam rekam jejak kesehatannya pernah ada riwayat operasi otak ketika masih kecil. Saat Amini berada dalam pusat kepolisian, dia mengalami tekanan mental, sehingga kambuh dan mengakibatkan meninggal dunia.
Selanjutnya, reaksi keluarga Amini ....