TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 80 ribu warga Jerman menggelar unjuk rasa di Berlin sebagai solidaritas atas protes yang mengutuk kematian Mahsa Amini dan masih berlangsung hingga pekan keenam di Iran, Sabtu waktu setempat.
Seperti dilansir Reuters, Ahad 23 Oktober 2022, demonstran menyuarakan dukungan terhadap kaum perempuan Iran.
Dalam unjuk rasa tersebut, para peserta aksi berjalan menuju pusat kota Berlin. Polisi terlihat mengawal demonstran dan memantau menggunakan helikopter. Sejumlah warga yang berpartisipasi dalam aksi tersebut mengacungkan poster bertuliskan “Perempuan, Kehidupan, Kebebasan”.
Baca juga: Protes Berlanjut, Iran Sebut Adanya Preman dan Musuh Asing
"Dari Zahedan ke Teheran, saya mengorbankan hidup saya untuk Iran," kata aktivis hak asasi manusia Fariba Balouch setelah memberikan pidato di pertemuan Berlin, merujuk pada kota-kota Iran yang dilanda protes. Kerumunan menanggapi dengan "Matilah Khamenei", mengacu pada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Sementara Menteri Urusan Keluarga Partai Hijau Jerman Lisa Paus lewat akun Twitter-nya, dikutip Al Arabiya menulis, "Hari ini ribuan orang menunjukkan solidaritas mereka dengan perempuan pemberani dan demonstran di Iran. Kami ada di sisi kalian.”
Mahsa Amini adalah perempuan berusia 22 tahun. Pada 13 September lalu, dia ditangkap polisi moral Iran di Teheran karena hijab yang dikenakan Amini dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.
Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.
Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung.
Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.
Kematian Mahsa Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini.
Protes ini adalah yang terbesar yang terlihat di republik Islam selama bertahun-tahun, mengingatkan kembali pada aksi unjuk rasa 2019 yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar. Kali ini, para wanita muda menjadi pemimpin unjuk rasa, melepaskan jilbab mereka, meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan menghadapi pasukan keamanan.
Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes. Menurut kelompok Iran Human Rights, sejauh ini sedikitnya sudah 244 orang tewas selama aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini berlangsung.
Baca juga: Korban Tewas Demo Iran Jadi 244 Orang, 12.500 Lainnya Ditahan
AL ARABIYA | REUTERS