TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU) yang berada di Kota Koga, Prefektur Ibaraki, Jepang, pada Jumat.
"Pertumbuhan warga NU sekitar 120.000 di akhir Juni. Pada akhir tahun ini, diperkirakan akan mencapai 160 ribu hingga 170 ribu,” kata Heri yang juga merupakan mustasyar atau salah satu anggota dewan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang.
Baca juga:
Dubes Heri dalam sambutannya menyampaikan bahwa pertumbuhan warga Indonesia, termasuk WNI anggota NU, diperkirakan akan terus meningkat karena pemerintah Jepang membuka peluang bagi pekerja dari luar Jepang untuk bekerja di negara itu.
Mengingat hal itu, Dubes Heri menyampaikan bahwa istilah pemagang akan dihilangkan dan diganti dengan program ikuseisuro (TG 0) dengan syarat keterampilan Bahasa Jepang diturunkan menjadi N5.
Lebih lanjut, Heri mengatakan bahwa selama lima tahun terakhir, sebagian besar dari sekitar 520 ribu specified skilled worker yang bekerja di Jepang tidak bermukim di kota besar, melainkan di kota-kota kecil, sehingga model pengembangan di daerah pedesaan sangat tepat dilakukan oleh NU.
"Untuk mengembangkan basis NU dapat dimulai dari desa setempat. Contoh di Hokkaido, pada 2020 warga kita sekitar 800-900 orang. Sekarang ini specified skilled worker atau tokuteigino sudah mencapai 1.400, begitu pula di Okinawa," kata Heri.
Heri berharap melalui peresmian pesantren tersebut, komunitas dapat dibangun dan gotong royong dapat dikembangkan. "Kalau ada tempatnya (pesantren), orang pasti datang," kata Heri lebih lanjut.
Sementara itu, Ketua PCINU Jepang Achmad Gazali mengatakan bahwa pendirian pesantren tersebut bertujuan untuk memperluas nilai pendidikan dan dakwah Islam di Jepang, yang merupakan negara minoritas Muslim.
Peresmian pesantren itu dirangkaikan dengan kegiatan Pendidikan Dasar Pendidikan Penggerak Kader Nahdlatul Ulama (PD-PKPNU) dan Pendidikan Menengah Kader Nahdllatul Ulama (PMKNU) yang diadakan oleh PCINU Jepang.
Menurut Achmad, peresmian pesantren dilakukan bersama dengan kegiatan pengkaderan agar para peserta pendidikan memperoleh spirit yang lebih baik.
Sementara itu, Ketua PBNU KH Masyuri Malik, dalam sambutannya di Pesantren NU Koga, mendorong para jamaah untuk mempertahankan nilai-nilai Islam dan organisasi Islam yang melestarikan nilai-nilai tersebut, terutana NU.
"NU itu tidak butuh kita, kita yang butuh NU. Tentunya menjadi harapan kita semua nanti di akhirat kelak kita bisa berkumpul dengan orang-orang sholih, seperti Kyai Hasyim Asy'ari, pendiri NU," katanya.
Kegiatan PD-PKPNU dan PMKNU menghadirkan sejumlah kyai dari Indonesia untuk memberikan sedikitnya 20 materi tentang Islam Ahlussunah Wal Jamaah Annahdliyah.
Pilihan Editor: Melihat Pesantren Kilat Ramadan di Jepang yang Berbeda dari Biasanya
ANTARA