Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan penolakan atas serangkaian tuntutan Hamas yang ingin mengakhiri perang Gaza untuk ditukar dengan pembebasan sandera warga negara Israel yang ditahan Hamas. Netanyahu pada Minggu, 5 Mei 2024, mengatakan tuntutan Hamas tersebut sama dengan membiarkan kelompok itu berkuasa dan menimbulkan ancaman bagi Israel.
Menurut Netanyahu, pihaknya beritikad menghentikan perang Gaza demi mengamankan para sandera yang masih ditahan Gaza, yang jumlahnya diyakini lebih dari 130 orang. Namun ketika Israel memperlihatkan itikad baik, Hamas masih bersikukuh pada sikapnya yang dianggap Tel Aviv ekstrim.
“Pertama di antara tuntutan Hamas adalah menarik seluruh tentara Israel dari Jalur Gaza, mengakhiri perang dan membiarkan Hamas berkuasa. Israel tidak bisa menerima itu. Hamas akan memenuhi janjinya untuk melakukan lagi dan lagi pembantaian, perkosaan dan penculikan,” kata Netanyahu.
Sementara itu di Kairo, Ketua Hamas Ismail Haniyeh menggelar pembicaraan damai dengan tim mediator dari Mesir dan Qatar, yang tampaknya pembicaraan itu tidak mengalami kemajuan. Pasalnya Israel berkeras pada tuntutannya bahwa setiap kesepakatan harus mengakhiri perang Gaza.
Perang Gaza berkecamuk usai serangan 7 Oktober 2023, yang diklaim Israel menewaskan 1.200 orang dan membawa 252 warga negara Israel disandera oleh Hamas. Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 34.600 warga Palestina berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas. Pengeboman pada Jalur Gaza telah menghancurkan kota itu dan menyebabkan krisis kemanusiaan.
Gian Caro Cirri Direktur Program Pangan Dunia (WFP) pada Rabu, 24 April 2024, mengatakan Jalur Gaza bisa melampaui ambang batas kelaparan karena kerawanan pangan, kekurangan gizi dan kematian dalam tempo enam minggu ke depan. Situasi saat ini di Gaza semakin dekat dengan kelaparan.
Dalam laporannya, WFP menggambarkan prospek Timur Tengah dan Afrika pada 2024 sebagai hal yang sangat memprihatinkan karena perang Gaza dan terbatasnya akses kemanusiaan, serta risiko konflik menyebar ke tempat lain di wilayah tersebut. Perang Gaza mempersulit dan terkadang tidak mungkin menjangkau orang-orang yang terkena dampak perang.
PBB telah lama mengeluhkan hambatan dalam mendapatkan bantuan dan mendistribusikannya ke seluruh Gaza dalam enam bulan sejak Israel memulai serangan udara dan darat terhadap kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza.
Sumber: Reuters
Pilihan editor : Gejolak Demo Mahasiswa di Amerika Serikat: Begini Bentrok Pro-Palestina dan Pro-Israel
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini