TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis investigasi terkemuka Pakistan, Arshad Sharif, yang kritis terhadap kekuatan militer negara itu ditembak mati di Kenya hampir dua bulan setelah ia meninggalkan Pakistan.
Baca: Erdogan Usulkan Referendum soal Jilbab, Tantang Kelompok Sekuler
“Saya kehilangan teman, suami, dan jurnalis favorit saya hari ini. Menurut polisi, dia ditembak di Kenya,” Javeria Siddique mencuit tentang kematian suaminya pada Ahad malam, 23 Oktober 2022, seperti dikutip Al Jazeera.
Jurnalis berusia 49 tahun itu melarikan diri dari negaranya pada Agustus lalu untuk menghindari penangkapan setelah ia diincar dengan beberapa kasus, termasuk tuduhan penghasutan dalam wawancara dengan Shahbaz Gill. Dalam wawancara itu, Gill yang merupakan pembantu dekat mantan Perdana Menteri Imran Khan membuat komentar yang dianggap menyerang militer.
Diduga diganggu oleh lembaga negara dan ancaman terhadap hidupnya, Sharif pindah ke Dubai, Uni Emirat Arab, pada Agustus dan kemudian pindah ke Kenya. Kanal ARY, tempat Sharif bekerja selama delapan tahun terakhir, sempat dihentikan siarannya pada Agustus lalu karena dituduh menayangkan konten palsu, penuh kebencian, dan hasutan.
Kanal tersebut mengumumkan pada akhir Agustus bahwa mereka tidak bekerja sama lagi dengan Sharif, yang merupakan salah seorang pembawa berita papan atasnya pada jam tayang utama.
Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan kesedihannya atas kematian Sharif dengan menambahkan mereka berhubungan dengan pejabat Kenya mengenai kabar kematiannya.
Kementerian mengonfirmasi bahwa utusan Pakistan untuk Kenya bersama dengan pejabat kedutaan telah mengidentifikasi jenazah di Rumah Pemakaman Chiromo di Nairobi dan sedang menunggu prosedur lebih lanjut serta laporan polisi.
“Komisi Tinggi akan memfasilitasi pemulangan cepat jenazah Tuan Sharif, berkoordinasi dengan otoritas tuan rumah,” demikian bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Media Kenya mengutip pejabat polisi setempat yang mengatakan insiden itu adalah kasus salah tembak. Bruno Shioso, juru bicara Layanan Kepolisian Nasional Kenya, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pihak berwenang setempat sedang menyelidiki pembunuhan tersebut.
“Otoritas kompeten kami saat ini sedang menyelidikinya dan tidak dapat berkomentar lebih jauh. Kami akan mengeluarkan pernyataan awal pada waktunya,” kata Shioso.
Surat kabar Kenya The Star melaporkan mobil yang ditumpangi Sharif ditembaki setelah gagal berhenti di penghalang jalan di jalan raya Nairobi-Magadi.
Pengadilan Tinggi Islamabad telah mengeluarkan pemberitahuan kepada pihak berwenang untuk menyampaikan kepada mereka laporan mengenai keadaan kematian Sharif secepatnya.
Sharif, yang pernah dianggap dekat dengan kekuatan militer Pakistan, berubah menjadi kritikus sengit setelah pelucutan pemerintahan mantan Perdana Menteri Khan pada April lalu.
Setelah berita kematian Sharif muncul di media sosial pada Senin pagi, 24 Oktober 2022, ucapan belasungkawa mengalir dari semua kalangan. Presiden Pakistan Arif Alvi, yang menganugerahi Sharif dengan salah satu penghargaan sipil tertinggi Pakistan pada 2019, mencuit bahwa kematiannya merupakan kehilangan besar bagi jurnalisme dan Pakistan.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif juga terkejut atas kematian jurnalis itu. “Saya sangat sedih dengan berita mengejutkan tentang kematian tragis jurnalis Arshad Sharif. Semoga Allah SWT memberikan tempat di surga. Belasungkawa dan doa saya yang mendalam untuk keluarga yang ditinggalkan,” cuitnya pada Senin pagi.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan menuntut penyelidikan segera atas kematian Sharif. “Catatan panjang dan suram tentang taktik kekerasan untuk membungkam jurnalis menjelaskan mengapa laporan pembunuhan jurnalis Arshad Sharif di Kenya telah mengirimkan gelombang kejutan melalui komunitas jurnalis. Pemerintah harus melakukan penyelidikan segera dan transparan mengenai keadaan kematiannya," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.
Pakistan memiliki sejarah penindasan terhadap media dan kekerasan terhadap jurnalis. Bulan lalu, Amerika Serikat menyatakan prihatin atas kebebasan pers di Pakistan setelah pihak berwenang pada Agustus lalu memblokir liputan ARY, yang dianggap bersimpati kepada mantan PM Imran Khan.
Baca: Wabah Ebola, Uganda Laporkan 9 Kasus Baru di Kampala
AL JAZEERA