TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, Islamabad mengatakan pada Ahad. Hal ini dilakukan setelah kedua tetangga negara Muslim tersebut berusaha untuk memperbaiki hubungan setelah serangan rudal pada Januari.
Kunjungan tersebut, yang menurut Kementerian Luar Negeri Pakistan akan berlangsung dari Senin 22 April hingga Rabu 24 April 2024, masih diragukan karena ketegangan di Timur Tengah meningkat.
Ini terjadi setelah Iran melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel seminggu yang lalu, dan Iran menerima apa yang dikatakan sumber sebagai serangan Israel terhadap Israel pada Jumat.
Pakistan telah memberi isyarat sejak Januari bahwa Raisi akan berkunjung, dan perdana menteri pekan lalu mengatakan kunjungan itu akan dilakukan "segera".
Selama kunjungannya, Raisi akan bertemu dengan presiden dan perdana menteri Pakistan, ketua Senat dan ketua Majelis Nasional, kata kantor luar negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan.
“Mereka juga akan membahas perkembangan regional dan global serta kerja sama bilateral untuk memerangi ancaman terorisme,” kata pernyataan itu.
Raisi akan mengunjungi kota-kota besar termasuk Lahore dan Karachi dan fokus pada hubungan bilateral dan perdagangan, katanya.
Pengumuman dari Kementerian Luar Negeri Islamabad pada Minggu menyatakan bahwa perundingan tersebut akan memberikan “kesempatan penting” untuk memperkuat hubungan bilateral dan kerja sama di bidang perdagangan, konektivitas, energi, dan pertanian.
Dikatakan bahwa delegasi tingkat tinggi Raisi akan mencakup menteri luar negeri Iran, anggota kabinet lainnya, dan perwakilan bisnis.
Selama tiga hari kunjungannya di Pakistan, Presiden Iran dijadwalkan bertemu dengan Presiden Iran, Asif Ali Zardari, dan Perdana Menteri Shehbaz Sharif.
Iran dan Pakistan memiliki sejarah hubungan yang sulit, namun serangan rudal pada bulan Januari adalah insiden paling serius dalam beberapa tahun terakhir.
Upaya cepat untuk menurunkan suhu kemudian menghasilkan jaminan bahwa mereka menghormati kedaulatan dan integritas wilayah masing-masing, sambil berjanji untuk memperluas kerja sama keamanan.
Iran dan Pakistan berbagi perbatasan sepanjang 900 kilometer, yang rentan terhadap infiltrasi militan, penyelundupan, dan penyeberangan ilegal lainnya.
Kedua negara jiran itu saling menuduh tidak mencegah kelompok militan berlindung di tanah mereka masing-masing dan melancarkan serangan teroris lintas batas.
Pada Januari, pasukan keamanan Iran melancarkan serangan rudal terhadap apa yang mereka katakan sebagai tempat persembunyian militan anti-Iran di provinsi Baluchistan, perbatasan barat daya Pakistan.
Islamabad mengutuk pelanggaran Iran terhadap integritas wilayah Pakistan dan membalas dengan serangan terhadap pangkalan militan anti-Pakistan yang beroperasi dari wilayah Iran.
Pertukaran serangan kontraterorisme yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menimbulkan kekhawatiran mengenai konflik yang lebih besar antara kedua negara Muslim tersebut dan ketidakstabilan regional yang lebih luas setelah kelompok militan Palestina yang didukung Iran, Hamas, melakukan serangan ke Israel pada tanggal 7 Oktober.
Teheran dan Islamabad segera melakukan upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan bilateral, memperbarui janji untuk meningkatkan kerja sama kontraterorisme dan menghormati kedaulatan dan integritas wilayah masing-masing.
Sementara itu, Pakistan telah meminta semua pihak di Timur Tengah untuk “menahan diri sepenuhnya dan bergerak menuju deeskalasi”.
Teheran meremehkan serangan Israel pada Jumat dan mengindikasikan bahwa pihaknya tidak memiliki rencana untuk melakukan pembalasan, sebuah respons yang tampaknya bertujuan untuk mencegah perang Israel-Gaza meluas menjadi konflik di seluruh wilayah.
Pilihan Editor: Presiden Iran Siap Bertindak Lebih Kejam pada Israel dan Sekutunya jika ...
REUTERS