TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku masih membutuhkan banyak dukungan dalam melawan agresi Rusia di tanah airnya. Menurut Zelensky, bantuan militer seperti yang dilakukan Amerika Serikat sebanyak US$ 800 juta (Rp 11 triliun) sangat berguna, namun belum cukup.
Zelensky sendiri menyebut situasi di atas meja antara Rusia dan Ukraina kini lebih bersih. Tapi dialognya memiliki beberapa 'tikungan dan belokan'.
"Dan bukan hanya pembicaraan. Ini sangat, sangat sulit karena tidak banyak negara yang benar-benar membantu kami," kata Zelensky saat wawancara bersama CNN seperti dilansir Senin, 18 April 2022.
Eks komedian itu menyinggung ada orang yang menawarkan solusi, tapi hanya mementingkan diri sendiri. Akibatnya perang di Ukraina itu masih terus berlangsung. "Jadi, itu bukan terserah kita," ujarnya.
Dia menegaskan, yang paling dibutuhkan Ukraina saat ini adalah aksi nyata dalam menyelesaikan invasi ini. Zelensky mengatakan faktor terpenting adalah kecepatan untuk mendapatkan senjata yang dibutuhkan ke tangan pasukan Ukraina.
Pertempuran di Ukraina sampai saat ini masih berlanjut di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung. Kota itu mengalami beberapa pertempuran terburuk, dan para pejabat Ukraina mengatakan telah ada penargetan yang disengaja terhadap warga sipil oleh pasukan Rusia.
Sebelumnya, Moskow menghadapi tuduhan kejahatan perang karena laporan pembunuhan yang ditargetkan, penculikan dan pemerkosaan muncul di Ukraina. Pemerintah Ukraina menggambarkan kekejaman itu sebagai genosida, klaim yang digaungkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Mayat ratusan warga sipil telah ditemukan oleh pasukan Ukraina di Bucha saat mereka merebut kembali daerah-daerah yang sebelumnya berada di bawah kendali Rusia. Beberapa korban tampak dibunuh dengan gaya eksekusi oleh pasukan Rusia, setelah ditemukan tertembak dengan tangan terikat.
Sementara itu, Rusia membantah segala tuduhan kejahatan perang yang dilontarkan oleh Barat. Saat konferensi pers yang disiarkan televisi usai pembicaraan dengan koleganya dari Belarusia Alexander Lukashenko, Selasa, 12 April, Putin menyebut gambar pembantaian massal di Bucha adalah palsu.
Baca: 5 Fakta yang Terjadi di Mariupol Ukraina Setelah Ada Ultimatum dari Rusia
CNN