Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengungatkan, harga minyak bisa naik ke lebih dari 300 dolar AS per barel jika Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang impor minyak mereka secara bersama-sama.
"Sangat jelas bahwa penolakan terhadap minyak Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global," kata Novak dalam sebuah pernyataan video yang disiarkan televisi pemerintah Rusia.
Karena hanya AS yang melakukan boikot atas minyak Rusia, dampaknya tidak terlalu signifikan bagi Moskow.
Rusia adalah produsen minyak bumi terbesar ketiga setelah AS dan Arab Saudi, Mereka mengekspor hampir 5 juta barel per hari minyak mentah pada tahun 2020, menurut Administrasi Informasi Energi AS. Hampir setengah dari ekspor tersebut ke negara-negara Eropa, sedangkan 42% ke Asia dan Oseania, demikian dilaporkan barrons.com.
Menurut Abcnews, ekspor minyak Rusia ke AS hanya 245 juta barel pada tahun 2021, yaitu sekitar 672.000 barel minyak dan produk minyak per hari.
Karena jumlah minyak yang diimpor AS dari Rusia sedikit, Rusia berpotensi menjual minyak itu di tempat lain, mungkin ke Cina atau India. Namun, mungkin harus menjualnya dengan diskon besar-besaran, karena semakin sedikit pembeli yang menerima minyak Rusia.
Jika Rusia akhirnya ditutup dari pasar global, negara-negara seperti Iran dan Venezuela mungkin "diterima kembali" sebagai sumber minyak, kata Claudio Galimberti, seorang analis di Rystad Energy. Sumber tambahan seperti itu, pada gilirannya, berpotensi menstabilkan harga.