TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat bereaksi keras terhadap keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menempatkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga tinggi dalam konflik dengan Ukraina. Menurut Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki keputusan Putin itu tidak masuk akal dan dibuat-buat.
Psaki menyebut situasi kedaruratan yang diumumkan oleh Kremlin terkesan dibuat-buat. "Ini benar-benar pola yang telah kita lihat dari Presiden Putin selama konflik, membuat ancaman yang sebenarnya tidak ada untuk membenarkan agresi lebih lanjut," kata Psaki kepada ABC, dikutip pada Senin, 28 Februari 2022.
Meski ada ancaman Putin, Psaki mengatakan Amerika akan tetap mempertahankan posisi dan membela diri. AS juga siap mengirim lebih banyak bantuan kemanusiaan, ekonomi dan pertahanan militer ke Ukraina.
"Saya mencatat bahwa sanksi yang kami umumkan kemarin membuat Rusia setara dengan Iran, memutuskan mereka dari sistem perbankan dengan komunitas global," kata Psaki.
Psaki juga mengatakan bahwa AS tetap berhubungan dekat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. AS memuji kepemimpinan Zelensky selama beberapa hari pertama perang Rusia Ukraina.
"Dia berdiri dengan berani melawan invasi Presiden Putin dan kepemimpinan Rusia. Kami akan tetap berhubungan dekat dengannya," kata Psaki.
Sebelumnya Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan dengan persenjataan nuklir Rusia dalam siaga tinggi. Pernyataan itu muncul setelah klaim Ukraina, yang didukung Barat, telah memukul mundur pasukan darat Rusia di sejumlah kota.
"Tidak hanya negara-negara Barat mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita dalam dimensi ekonomi, maksud saya sanksi ilegal yang diketahui semua orang dengan sangat baik, tetapi juga para pejabat tinggi negara-negara NATO terkemuka membiarkan diri mereka membuat pernyataan agresif berkaitan dengan negara kita," kata Putin di televisi pemerintah, Minggu, 27 Februari 2022.
CNN | ABC