TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria ditemukan hidup di ruang bawah tanah tetangganya setelah hilang sekitar 26 tahun lalu. Omar bin Omran menghilang dari Djelfa selama perang saudara Aljazair pada 1990an, ketika ia berusia 19 tahun.
Kini berusia 45 tahun, Bin Omran ditemukan hanya 200 meter dari rumahnya. Kementerian Kehakiman Aljazair mengatakan pada Selasa bahwa pria tersebut, yang diidentifikasi sebagai Omar bin Omran atau Omar B, menghilang ketika dia berusia 19 tahun dan sejak lama dianggap telah diculik atau dibunuh.
Para pejabat mengonfirmasi bahwa mereka telah menangkap seorang pria berusia 61 tahun yang diduga menculik dan menyekapnya.
Hilangnya Bin Omran terjadi di tengah konflik selama satu dekade antara pemerintah Aljazair dan kelompok Islam.
Keluarganya khawatir dia termasuk di antara sekitar 200.000 orang yang terbunuh, atau sebanyak 20.000 orang yang diculik, selama perang saudara tersebut.
Namun setelah 26 tahun, dia akhirnya ditemukan disekap di kandang domba di bawah tumpukan jerami pada 12 Mei, menurut laporan.
Kantor kejaksaan menerima pengaduan terhadap seseorang yang tidak disebutkan namanya yang mengklaim bahwa Bin Omran berada di rumah salah satu tetangganya, di dalam kandang domba, kata seorang pejabat pengadilan.
Pejabat pengadilan mengatakan, "Menyusul laporan ini, jaksa penuntut umum memerintahkan gendarmerie nasional untuk membuka penyelidikan mendalam dan mengirim petugas ke rumah tersebut.
“Pada 12 Mei pukul 8 malam waktu setempat, [polisi] menemukan korban Omar bin Omran, berusia 45 tahun, di ruang bawah tanah tetangganya, BA, berusia 61 tahun.”
Tersangka dilaporkan berusaha melarikan diri dari tempat kejadian, namun ditahan dan ditangkap, kata pejabat pengadilan.
Kementerian mengatakan penyelidikan masih berlangsung dan Bin Omran sedang dalam proses menerima perawatan medis dan psikologis.
Seorang juru bicara kepolisian menggambarkan kejahatan itu sebagai tindakan yang "keji".
Ibu korban meninggal pada 2013, ketika keluarga masih yakin bahwa kemungkinan besar korban sudah meninggal. Media di Aljazair melaporkan bahwa bin Omran mengatakan kepada tim penyelamatnya bahwa dia terkadang bisa melihat keluarganya dari jauh, namun dia merasa tidak mampu untuk berteriak karena “mantra” yang diberikan oleh penculiknya kepadanya.
Penemuan Bin Omran pada Ahad memecahkan misteri yang masih melekat di komunitasnya sejak perang saudara berdarah di Aljazair. Kerabat korban perang masih mencari keadilan bagi orang-orang tercinta mereka yang hilang dan meninggal.
Sekitar 200.000 orang terbunuh pada 1990an selama perang yang mempertemukan pemerintah melawan pejuang Islam. Periode itu terkadang disebut sebagai “Dekade Hitam” Aljazair.
Sebanyak 20.000 orang diyakini telah diculik selama perang, yang berakhir pada 2002. Menurut SOS Disparus, sebuah asosiasi orang-orang Aljazair yang diperuntukkan bagi orang-orang yang dihilangkan secara paksa selama perang, sekitar 8.000 warga Aljazair hilang antara 1992-1998 saja.
Pilihan Editor: Ini Daftar Negara Anggota Dewan Keamanan PBB yang Setujui Gencatan Senjata Gaza
RNZ | ALJAZEERA