TEMPO.CO, Jakarta – Malala Yousafzai tak akan pernah melupakan 9 Oktober 2012. Gadis muda asal Kota Mingora, Pakistan ini mengalami penembakan di kepalanya oleh anggota Taliban saat pulang sekolah. Tembakan itu mel;ukai leher dan kepalanya.
Namun, Malala berhasil selamat dari peristiwa naas tersebut yang menimpa dirinya ketika berusia 15 tahun. Meksipun sempat koma 4 hari dan hampir merenggut nyawanya, tetapi Malala terus mengibarkan semangat tentang pendidikan setara bagi kaum perempuan terutama di Pakistan.
Malala Yousafzai telah aktif berkecimpung di dunia aktivis sosial sejak usia belia, yakni ketika dirinya berumur 15 tahun. Perempuan kelahiran 12 Juli 1997 ini sudah vokal akan pentingnya pendidikan anak perempuan meskipun dirinya juga merupakan anak-anak kala itu. Terlebih, ketika Taliban mulai mencoba mengambil alih negaranya, dan memasukki kawasan tempat tinggalnya.
Menurutnya, dilansir dari laman britannica.com, keberadaan Taliban meresahkan keberlanjutan pendidikan di Pakistan pasca Taliban mulai menyerang sekolah perempuan di Lembah Swat, tempat tinggalnya. Melalui pidatonya berjudul ‘How Dare The Taliban Take Away My Basic Right To Education?’ di Peshawar, Pakistan, Yousafzai mengecam segala tindakan yang dilakukan Taliban. Pidato itu disampaiakn pada 1 September 2008 saat dirinya beruisa 11 tahun. Tak berhenti sampai di situ, Yousafzai juga menulis blog di sebuah platform tentang kehidupannya di bawah bayang-bayang ancaman Taliban yang tidak memberikannya pendidikan.
Aktivismenya berfokus pada hak pendidikan perempuan terus berlanjut, hingga pada 2011, dirinya memeroleh Penghargaan Perdamaian Pemuda Nasional Pakistan. Perjuangannya untuk terus menyebarkan semangat kesetaraan kemudian menarik perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan diundangnya Yousafzai untuk berpidato di PBB. Bahkan, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon menetapkan 12 Juli yang merupakan ulangtahun Yousafzai sebagai Malala Day. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menghormati aktivisme pemimpin muda sekaligus memastikan pendidikan bagi semua anak.
Dilansir dari laman nobelprize.org, atas dedikasi tingginya, pada Oktober 2014 ketika berusia 17 tahun, Malala Yousafzai mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian dari Parlemen Eropa berupa Sakharov Prize untuk penghargaan Kebebasan Berpikir. Kemudian, tiga tahun berselang yakni 2017, Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres menetapkan Malala Yousafzai sebagai Utusan Perdamaian PBB untuk mempromosikan pendidikan anak perempuan.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: 12 Juli Hari Malala Ketika Dunia Mengakui Perjuangan Gadis Malala Yousafzai