Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari ini 9 Tahun Lalu Malala Yousafzai Ditembak Anggota Taliban, Koma 4 Hari

Reporter

image-gnews
Malala Yousafzai, penerima Nobel perdamaian, saat pertemuan dengan remaja perempuan Complexo da Penha yang bekerja pada organisasi sepak bola Street Child United di Pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil, 11 Juli 2018. REUTERS/Ricardo Moraes
Malala Yousafzai, penerima Nobel perdamaian, saat pertemuan dengan remaja perempuan Complexo da Penha yang bekerja pada organisasi sepak bola Street Child United di Pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil, 11 Juli 2018. REUTERS/Ricardo Moraes
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta – Malala Yousafzai tak akan pernah melupakan 9 Oktober 2012. Gadis muda asal Kota Mingora, Pakistan ini mengalami penembakan di kepalanya oleh anggota Taliban saat pulang sekolah. Tembakan itu mel;ukai leher dan kepalanya.

Namun, Malala berhasil selamat dari peristiwa naas tersebut yang menimpa dirinya ketika berusia 15 tahun. Meksipun sempat koma 4 hari dan hampir merenggut nyawanya, tetapi Malala terus mengibarkan semangat tentang pendidikan setara bagi kaum perempuan terutama di Pakistan.

Malala Yousafzai telah aktif berkecimpung di dunia aktivis sosial sejak usia belia, yakni ketika dirinya berumur 15 tahun. Perempuan kelahiran 12 Juli 1997 ini sudah vokal akan pentingnya pendidikan anak perempuan meskipun dirinya juga merupakan anak-anak kala itu. Terlebih, ketika Taliban mulai mencoba mengambil alih negaranya, dan memasukki kawasan tempat tinggalnya.

Menurutnya, dilansir dari laman britannica.com, keberadaan Taliban meresahkan keberlanjutan pendidikan di Pakistan pasca Taliban mulai menyerang sekolah perempuan di Lembah Swat, tempat tinggalnya. Melalui pidatonya berjudul ‘How Dare The Taliban Take Away My Basic Right To Education?’ di Peshawar, Pakistan, Yousafzai mengecam segala tindakan yang dilakukan Taliban. Pidato itu disampaiakn pada 1 September 2008 saat dirinya beruisa 11 tahun. Tak berhenti sampai di situ, Yousafzai juga menulis blog di sebuah platform tentang kehidupannya di bawah bayang-bayang ancaman Taliban yang tidak memberikannya pendidikan.

Aktivismenya berfokus pada hak pendidikan perempuan terus berlanjut,  hingga pada 2011, dirinya memeroleh Penghargaan Perdamaian Pemuda Nasional Pakistan. Perjuangannya untuk terus menyebarkan semangat kesetaraan kemudian menarik perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan diundangnya Yousafzai untuk berpidato di PBB. Bahkan, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon menetapkan 12 Juli yang merupakan ulangtahun Yousafzai sebagai Malala Day. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menghormati aktivisme pemimpin muda sekaligus memastikan pendidikan bagi semua anak.

Dilansir dari laman nobelprize.org, atas dedikasi tingginya, pada Oktober 2014 ketika berusia 17 tahun, Malala Yousafzai mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian dari Parlemen Eropa berupa Sakharov Prize untuk penghargaan Kebebasan Berpikir. Kemudian, tiga tahun berselang yakni 2017, Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres menetapkan Malala Yousafzai sebagai Utusan Perdamaian PBB untuk mempromosikan pendidikan anak perempuan.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca: 12 Juli Hari Malala Ketika Dunia Mengakui Perjuangan Gadis Malala Yousafzai

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

19 jam lalu

Seorang perempuan Palestina duduk diantara pakaian bekas di pasar loak mingguan di kamp pengungsian Nusseirat, Gaza, 15 Februari 2016. Permintaan untuk pakaian telah menjadi barometer bagi situasi ekonomi di Gaza. AP/Khalil Hamra
70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.


Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

1 hari lalu

Gang bendera di markas besar PBB Eropa terlihat selama Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, Swiss, 11 September 2023. REUTERS/Denis Balibouse
Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.


Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

2 hari lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

PBB menyerukan dilakukannya penyelidikan atas temuan ratusan mayat di dua rumah sakit di Gaza.


Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

4 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

4 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976


Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

5 hari lalu

Anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri mengheningkan cipta, untuk menghormati para korban serangan di tempat konser Balai Kota Crocus di Moskow, pada hari pemungutan suara mengenai resolusi Gaza yang menuntut gencatan senjata segera selama bulan Ramadan yang mengarah ke gencatan senjata permanen.  gencatan senjata berkelanjutan, dan pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat, di markas besar PBB di New York City, AS, 25 Maret 2024. REUTERS/Andrew Kelly
Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

Mengapa Amerika Serikat tolak keanggotaan penuh Palestina di PBB dengan hak veto yang dimilikinya? Bagaimana sikap Indonesia?


Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

6 hari lalu

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertemu setelah Rusia mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur sebagai entitas independen, di New York City, AS 21 Februari 2022. REUTERS/Carlo Allegri
Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

Kementerian Luar Negeri RI menyoroti gagalnya PBB mensahkan keanggotaan penuh Palestina.


Dimulai Hampir Setengah Abad Lalu, Ini 4 Fakta di Balik Sanksi Terhadap Iran

7 hari lalu

Iran: Sanksi Dicabut atau Tak Ada Kesepakatan Nuklir
Dimulai Hampir Setengah Abad Lalu, Ini 4 Fakta di Balik Sanksi Terhadap Iran

Sanksi ekonomi Iran telah dimulai hampir setengah abad lalu.


Negara di Dunia Bela UNRWA ketika Israel Tuntut Penghentian Dana

7 hari lalu

Foto yang dirilis pada 15 Februari 2024 menunjukkan sebuah lubang besar di pusat kesehatan UNRWA yang hancur akibat serangan Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Gaza. UNRWA menyebut bahwa data terbaru menunjukkan 84 persen dari seluruh fasilitas kesehatan di Gaza telah mengalami dampak langsung dari serangan-serangan yang terus berlangsung. UNRWA/Handout via REUTERS
Negara di Dunia Bela UNRWA ketika Israel Tuntut Penghentian Dana

Philippe Lazzarini mengatakan saat ini ada "kampanye berbahaya" oleh Israel untuk mengakhiri operasi UNRWA di Gaza.


Tim Khusus PBB Sebut Iran dan Israel Sama-sama Langgar Hukum Internasional

9 hari lalu

Tim Khusus PBB Sebut Iran dan Israel Sama-sama Langgar Hukum Internasional

Lima orang pelapor khusus PBB menilai Iran dan Israel sama-sama melanggar hukum internasional dalam serangan berbalas baru-baru ini.