TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi anak-anak PBB, UNICEF, melaporkan bahwa kurang lebih 300 anak Afghanistan terpisah dari orang tuanya selama periode evakuasi di Kabul. Sebagian besar dari mereka sekarang menetap di negara-negara tujuan evakuasi seperti Jerman dan Qatar sembari menanti kabar soal keberadaan orang tua.
Di Jerman, anak-anak terlantar tersebut menetap di Pangkalan Militer Amerika, Ramstein. Di sana, mereka tinggal bersama di tenda yang telah diberikan penghangat untuk menghadapi musim dingin yang akan segera tiba. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Amerika dan UNICEF membantu mencari tahu di mana orang tua mereka.
Baca Juga:
"Beberapa kasus bisa kami pecahkan dengan cepat, misalnya orang tua mereka terangkut pesawat lain dan mendarat di negara yang berbeda. Beberapa anak juga masih bisa mengontak kerabat mereka. Jika mereka memiliki telepon, masalah ini bisa diselesaikan dalam lima menit," ujar keterangan pers Kementerian Luar Negeri Amerika, Rabu, 8 September 2021.
Untuk membuat anak-anak yang terlantar itu merasa nyaman, Pemerintah Amerika dan UNICEF juga membawakan mainan dan menghadirkan ruang bermain. Selain itu, spesialis anak juga dihadirkan untuk memberikan pendampingan jika ada anak-anak yang menghadapi masalah.
Menurut laporan Rueters, Amerika bahkan sampai membangun kastil bermain di Ramstein. Tujuannya, agar anak-anak yang menanti kabar soal orang tua mereka tidak stress.
"Terpisah dari orang tua adalah salah satu hal yang mampu membuat anak-anak stress berat."
"Kebanyakan anak-anak tersebut ketakutan, mereka baru saja melakukan perjalanan panjang melintasi dunia. Beberapa dari mereka bahkan belum pernah naik pesawat sebelumnya. Kami ingin membuat mereka merasa senyaman mungkin," ujar keterangan pers Kementerian Luar Negeri Amerika. Mereka menambahkan, tim di lapangan berusaha sebisa mungkin tak menyinggung situasi di Afghanistan.
Baca juga: Amerika Upayakan Evakuasi Warganya dari Afghanistan dengan Pesawat Carter
ISTMAN MP | REUTERS