TEMPO.CO, Jakarta - Utusan Khusus PBB untuk Myanmar tiba di Bangkok Jumat kemarin untuk membujuk jenderal junta Myanmar menyelesaikan krisis Myanmar.
Namun Christine Schraner Burgener mengatakan jenderal junta memberitahunya kalau mereka belum siap menerimanya.
"Baru sampai di BKK untuk pembicaraan. Saya menyayangkan Tatmadaw memberitahu saya kemarin mereka tidak siap menerima saya. Saya siap untuk berdialog. Kekerasan tidak pernah mengarah pada solusi damai yang berkelanjutan," kata Schraner Burgener di akun Twitter resminya, dikutip dari Reuters,10 April 2021.
Para pejabat PBB mengatakan Burgener melakukan perjalanan ke Myanmar untuk pertemuan tatap muka dengan para jenderal, tetapi juru bicara junta menolaknya.
"Kami tidak mengizinkan ini. Kami juga tidak memiliki rencana untuk mengizinkannya saat ini," kata juru bicara Zaw Min Tun, dikutip dari Channel News Asia.
Pada Jumat militer Myanmar dilaporkan menggunakan mortir dan proyektil ledakan tinggi untuk menyerang demonstran di kota Bago, menurut laporan The Irrawaddy.
Serangan fajar menargetkan area pertemuan utama pengunjuk rasa, menembakkan amunisi tajam bersama mortir.
Lebih dari 20 orang dilaporkan tewas dan beberapa lainnya luka-luka selama serangan itu, menurut penduduk. Beberapa orang juga ditangkap.
Pemimpin kudeta militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing menyapa Wakil Menteri Pertahanan Rusia Kolonel Jenderal Alexander Vasilyevich Fomin dan anggota delegasi selama resepsi Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw pada Sabtu, 27 Maret 2021.[Situs website Min Aung Hlaing]
Junta Myanmar pada Jumat juga mengklaim protes terhadap pemerintahannya berkurang karena orang-orang menginginkan perdamaian. Junta juga mengatakan akan mengadakan pemilihan dalam dua tahun, kerangka waktu pertama yang diberikan untuk kembali ke demokrasi sejak kudeta 1 Februari, Reuters melaporkan.
"Alasan berkurangnya protes adalah karena kerja sama orang-orang yang menginginkan perdamaian, yang kami hargai," kata Zaw Min Tun. "Kami meminta orang-orang untuk bekerja sama dengan pasukan keamanan dan membantu mereka."
Baca juga: Militer Myanmar Menolak Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan Anak-anak
Dia mengatakan militer telah mencatat 248 kematian dan dia membantah bahwa senjata otomatis telah digunakan. Enam belas polisi juga tewas, katanya.
Kelompok aktivis Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) mengatakan 614 orang, termasuk 48 anak-anak Myanmar, telah dibunuh oleh pasukan keamanan junta sejak kudeta militer pada Kamis malam, dan Lebih dari 2.800 orang ditahan.