TEMPO.CO, Jakarta - Setelah berbulan-bulan aparat junta militer menembaki sipil dengan senjata serbu modern, demonstran Myanmar mulai melawan dengan senapan berburu dan bom Molotov pada Kamis.
Awalnya, enam truk tentara dikerahkan untuk memadamkan pengunjuk rasa di kota Taze, lapor media berita Myanmar Now dan Irrawaddy.
Ketika para demonstran Myanmar melawan dengan senjata, pisau dan bom api, lima truk tambahan pasukan tiba.
Dilaporkan reuters, 8 April 2021, pertempuran berlanjut hingga Kamis pagi dan setidaknya 11 pengunjuk rasa tewas dan sekitar 20 lainnya luka-luka, kata media. Belum ada kabar tentang adanya korban di antara para prajurit.
Korban tewas akan membuat jumlah warga sipil yang terbunuh oleh pasukan keamanan menjadi lebih dari 600 sejak junta merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, menurut Assistance Association for Political Prisoners (AAPP). Tercatat 598 korban tewas pada Rabu malam.
Taze berada di dekat kota Kale, di mana sedikitnya 11 orang tewas dalam bentrokan serupa pada Rabu, menurut media berita dan saksi mata. Pasukan keamanan menembakkan peluru tajam, granat, dan senapan mesin ke pengunjuk rasa yang menuntut pemulihan pemerintahan Suu Kyi, kata AAPP.
Seorang juru bicara junta Myanmar tidak dapat dihubungi Reuters untuk dimintai komentar.
Sepatu terlihat selama "Aksi Sepatu Berbaris" untuk memperingati orang-orang yang telah terbunuh sejak dimulainya kudeta militer, di Yangon, Myanmar 8 April 2021. [Foto diperoleh oleh REUTERS]
Pemerintah pada Kamis juga menangkap Paing Takhon, seorang model dan aktor Myanmar terkenal yang vokal menentang kudeta militer, kata saudara perempuannya.
Pada Selasa pagi komedian populer Myanmar, Maung Thura atau yang dikenal dengan nama panggung Zarganar, juga ditangkap oleh junta militer, menurut orang dekat keluarganya kepada Myanmar Now.
Baca juga: Dubes Myanmar Minta Inggris Jangan Akui Kehadiran Utusan Junta Militer
Di Yangon, kota terbesar di negara itu, para aktivis memasang sepatu berisi bunga untuk mengenang para pengunjuk rasa yang tewas.
AAPP mengatakan 2.847 orang saat ini ditahan oleh junta sejak kudeta.
Selain itu, junta militer telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk ratusan orang, termasuk sejumlah influencer, penghibur, artis, musisi, aktor Myanmar.