TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Rusia dikabarkan meminta Jerman untuk memberikan catatan medis lengkap oposisi Kremlin, Alexei Navalny. Kejaksaan Rusia tidak hanya meminta catatan terkait perawatannya, tetapi juga hasil tes soal ada tidaknya jejak racun di dalam tubuh Alexei Navalny.
"Rusia meminta Pemerintah Jerman untuk menyediakan informasi terkait obat apa yang diberikan kepada Alexei Navalny, rekam jejak penyakitnya, hasil tes darah, dan juga hasil tes urin," ujar media Rusia RBC, dikutip dari Reuters, Rabu, 2 September 2020.
Hingga berita ini ditulis, belum ada konfirmasi baik dari Pemerintah Rusia maupun Jerman terkait permintaan tersebut. Kalau ternyata benar, dan catatan itu akan digunakan untuk keperluan investigasi, maka hal tersebut bertentangan dengan pernyataan Kejaksaan Rusia pada Agustus lalu.
Bulan lalu, Kejaksaan Rusia menyatakan bahwa tidak akan ada investigasi perihal dugaan Alexei Navalny diracun. Sebab, berdasarkan penelusuran yang sudah dilakukan, termasuk memeriksa kembali semua jalur yang dilalaui Navalny, tidak ada bukti dia diracun.
Dalam keterangan medis Alexei Navalny yang sudah diungkap ke publik, di dalam tubuhnya ditemukan jejak racun yang mengandung cholinesterase inhibitors. Zat tersebut, apabila digunakan secara berlebihan, efeknya bisa berbahaya. Beberapa di antaranya mulai dari mengakibatkan kerusakan total pada syaraf pusat, gagal pernafasan, hingga lumpuh total.
Sebagai catatan, Alexei Navalny adalah kritikus asal Rusia yang mendadak jatuh koma ketika melakukan perjalanan dari Serbia ke Moskow. Berbagai pihak menduga ia diracun oleh Rusia mengingat sikapnya yang vokal menentang mereka. Di sisi lain, racun adalah salah satu metode yang kerap dipakai Rusia dalam berbagai misinya.
ISTMAN MP | REUTERS